Sabtu, 20 Juni 2015

Takjil Bukan Untuk Dicemil

Posted by Unknown on 23.45 with 2 comments
Saat puasa Ramadan, kita sering mendengar istilah takjil, ada beberapa pedagang makanan yang menulis di dagangannya “menjual takjil”, selain itu istilah takjil juga digunakan pada beberapa kalimat seperti "bagi-bagi takjil..", “mau takjil apa ya untuk hari ini?”, “hari ini mau bikin takjil kolak ah...” dan lain sebagainya. Eh, barusan juga di tv ngelihat liputan dimana salah satu public figure bilang “hari ini saya mau masak takjil buat berbuka bareng temen-temen...”

Jujur ya saya pribadi menganggap istilah takjil itu adalah kudapan yang dikonsumsi pada saat berbuka. Ya apapun itu kolak, bubur, sop buah, jajanan kering dan basah, dan teman-temannya itu adalah takjil namanya, jadi saya mengartikan ketika ada seseorang yang bertanya “takjilmu apa?” itu seperti “menu berbukamu apa?”......dan eng ing eng...ternyata oh ternyata...usut punya usut, takjil itu bukan merujuk pada makanan, bukan pula istilah untuk menu berbuka,,oww..oww.. :D

Terus apa dong takjil itu? Hmm...istilah takjil sebenarnya adalah istilah yang juga baru beberapa tahun saya dengar, tepatnya pada saat saya kuliah di luar kota, dan juga bergabung di organisasi dakwah. Beberapa hari yang lalu ada seseorang mengirim pesan dalam grup whatsapp yang saya ikuti, isinya tentang salah kaprah penggunaan kata “takjil” dalam masyarakat. Seperti pemahaman saya sebelumnya, sebagian masyarakat menganggap bahwa takjil adalah makanan yang disediakan untuk berbuka puasa. Ternyata takjil itu berasal dari kata ajjala-yuajjilu-ta’jiilan yang berarti mempercepat atau mendahulukan, “takjil”  merujuk pada arti penyegeraan (bukan makanan). Dalam konteks puasa Ramadan takjil adalah penyegeraan untuk berbuka puasa. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa Rosulullah menganjurkan umatnya untuk menyegerakan berbuka puasa.


Jadi semakin jelas untuk dipahami bahwa takjil sesungguhnya adalah kata kerja (menyegerakan) bukan kata benda (makanan), ya takjil is not about something “cemilable” (bukan tentang sesuatu yang dapat dicemil atau dimakan) :D . Memang, ada kalanya dalam berkomunikasi kaidah bahasa tidak terlalu dianggap penting, yang penting paham dan sepakat sehingga maksud bisa tersampaikan dengan baik, sudah cukup. Namun, tidak ada salahnya kan memperbaiki dan membagi apa yang kita tahu, agar setidaknya makna dari suatu istilah tidak melenceng jauh dari makna sebenarnya. Sehingga bisa menggunakan istilah tersebut dengan lebih tepat, minimal kalau dulu saya suka bilang “pengen takjil apa ya buat buka nanti?” sekarang akan coba pakai kalimat “pengen apa ya untuk takjil nanti?”. Maksudnya, pengen apa untuk menyegerakan berbuka nanti, hohoo...semoga masih bisa masuk dengan tepat penggunaan istilah “takjilnya” :D Jika ada kurangnya jangan sungkan-sungkan buat menambahi dan meluruskan ya. Selamat menjalankan ibadah puasa teman, jika adzan maghrib sudah berkumandang, maka takjil.......!! ^_^

credit




2 komentar:

  1. Thanks infonya mba :) Memang banyak salah kaprah yang beredar ya mba..
    Kemungkinan besar karena apa yang di gunakan takjil bersifat praktis seperti cemilan, sehingga ada pergeseran makna menjadi penyebutan cemilan yang di gunakan untuk takjil. :)

    BalasHapus
  2. hihii...iya mbak memang mudah mengingat yang praktis-praktis aja ya, terima kasih sudah berkunjung :)

    BalasHapus

terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan tidak mengandung sara