Saat
puasa Ramadan, kita sering mendengar istilah takjil, ada beberapa pedagang
makanan yang menulis di dagangannya “menjual takjil”, selain itu istilah takjil juga digunakan pada beberapa kalimat seperti "bagi-bagi takjil..", “mau takjil apa ya untuk
hari ini?”, “hari ini mau bikin takjil kolak ah...” dan lain sebagainya. Eh, barusan juga di tv ngelihat liputan dimana salah satu public figure bilang “hari ini saya mau masak takjil buat berbuka
bareng temen-temen...”
Jujur
ya saya pribadi menganggap istilah takjil itu adalah kudapan yang dikonsumsi pada
saat berbuka. Ya apapun itu kolak, bubur, sop buah, jajanan kering dan basah,
dan teman-temannya itu adalah takjil namanya, jadi saya mengartikan ketika ada
seseorang yang bertanya “takjilmu apa?” itu seperti “menu berbukamu
apa?”......dan eng ing eng...ternyata oh ternyata...usut punya usut, takjil itu bukan merujuk pada makanan, bukan pula istilah untuk menu
berbuka,,oww..oww.. :D
Terus
apa dong takjil itu? Hmm...istilah takjil sebenarnya adalah istilah yang juga
baru beberapa tahun saya dengar, tepatnya pada saat saya kuliah di luar kota,
dan juga bergabung di organisasi dakwah. Beberapa hari yang lalu ada seseorang
mengirim pesan dalam grup whatsapp yang saya ikuti, isinya tentang salah kaprah
penggunaan kata “takjil” dalam masyarakat. Seperti pemahaman saya sebelumnya,
sebagian masyarakat menganggap bahwa takjil adalah makanan yang disediakan
untuk berbuka puasa. Ternyata takjil itu berasal dari kata ajjala-yuajjilu-ta’jiilan
yang berarti mempercepat atau mendahulukan, “takjil” merujuk pada arti penyegeraan (bukan makanan).
Dalam konteks puasa Ramadan takjil adalah penyegeraan untuk berbuka puasa. Sebagaimana
yang sudah kita ketahui bahwa Rosulullah menganjurkan umatnya untuk
menyegerakan berbuka puasa.
Jadi
semakin jelas untuk dipahami bahwa takjil sesungguhnya adalah kata kerja
(menyegerakan) bukan kata benda (makanan), ya takjil is not about something “cemilable”
(bukan tentang sesuatu yang dapat dicemil atau dimakan) :D . Memang, ada
kalanya dalam berkomunikasi kaidah bahasa tidak terlalu dianggap penting, yang
penting paham dan sepakat sehingga maksud bisa tersampaikan dengan baik, sudah
cukup. Namun, tidak ada salahnya kan memperbaiki dan membagi apa yang kita
tahu, agar setidaknya makna dari suatu istilah tidak melenceng jauh dari makna
sebenarnya. Sehingga bisa menggunakan istilah tersebut dengan lebih tepat,
minimal kalau dulu saya suka bilang “pengen takjil apa ya buat buka nanti?” sekarang
akan coba pakai kalimat “pengen apa ya untuk takjil nanti?”. Maksudnya, pengen
apa untuk menyegerakan berbuka nanti, hohoo...semoga masih bisa masuk dengan
tepat penggunaan istilah “takjilnya” :D Jika ada kurangnya jangan
sungkan-sungkan buat menambahi dan meluruskan ya. Selamat menjalankan ibadah
puasa teman, jika adzan maghrib sudah berkumandang, maka takjil.......!! ^_^
![]() |
credit |
Thanks infonya mba :) Memang banyak salah kaprah yang beredar ya mba..
BalasHapusKemungkinan besar karena apa yang di gunakan takjil bersifat praktis seperti cemilan, sehingga ada pergeseran makna menjadi penyebutan cemilan yang di gunakan untuk takjil. :)
hihii...iya mbak memang mudah mengingat yang praktis-praktis aja ya, terima kasih sudah berkunjung :)
BalasHapus