Senin, 10 Agustus 2015

Merdeka adalah... Bangga Menjadi Diri Sendiri!

Posted by Unknown on 04.00 with 8 comments
Masya allah... Tidak terasa tahun 2015 sudah memasuki bulan ke-7 yaitu Bulan Agustus, seperti baru kemarin rasanya ganti kalender tahunan di dinding. Bulan Agustus adalah bulan bersejarah bagi bangsa kita tercinta, Indonesia. Tentu sudah pada tahu alasannya :) karena di bulan ini tepat pada tanggal 17, tahun 1945 bangsa kita merdeka secara de facto dan de yuro. Hmm... Jujur saya suka sedih kalau ada yang bilang kita ini belum merdeka karena masih begini begitu, bla..bla..bla.. Padahal kita tahu ya orang bijak mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, tentu juga jasa mereka dalam berjuang agar negara kita yang gemah ripah loh jinawi ini merdeka. 

Mungkin yang tepat adalah kita masih belum bisa mengisi kemerdekaan dengan baik, karena tugas kita sebagai generasi penerus adalah bagaimana mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Masih suka buang sampah sembarangan? Menyerobot antrian? Suka nggak on time alias molor dari jadwal? Masih banyak ngeluh ketimbang action? Malu atau nggak pede dengan budaya dan produk dalam negeri sendiri? Hiks, kalo iya sepertinya kita masih belum bisa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Memang, tidak ada yang sempurna di dunia ini, sebagai manusia tentu ada kekurangan dalam diri kita masing-masing, namun itu bukan alasan untuk tidak memperbaiki diri menjadi lebih baik. Merdeka memang berarti bebas, namun bukan berarti bebas yang “suka-suka gue” tetapi bebas yang bertanggung jawab. Sebagaimana negara Indonesia ketika merdeka, yang berarti negara kita telah bebas dari penjajahan dan bebas untuk mengendalikan kemudi pemerintahan tanpa tekanan dari pihak luar, namun ada tanggung jawab dibalik kemerdekaan (kebebasan) tersebut yaitu bagaimana mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan dengan baik. Siapa yang wajib mengisi kemerdekaan? Siapapun! Semua warga Negara Indonesia tanpa kecuali, termasuk diri kita, muslimah! ;) Bagaimana muslimah memaknai sebuah kemerdekaan, berikut ini beberapa hal yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan versi saya. 

Mencintai diri sendiri
Sebagai muslimah, harus mencintai diri sendiri, hihii perempuan banget ya kalau kadang kita suka membanding-bandingkan diri, entah fisik, status sosial, prestasi, dan lain-lain, tidak masalah jika dari hal tersebut membuat kita termotivasi, hanya saja jika hal tersebut justru membuat kita banyak mengeluh, kufur nikmat, dan malah menganggap Allah tidak adil, bahaya banget tuh. Na’udzubillah... padahal Allah sudah berfirman bahwa “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin: 5). Segala yang ada pada diri kita adalah anugerah yang telah Allah berikan. Allah ciptakan sempurna dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sudah selayaknya kita mensyukuri anugerah tersebut dengan mencintai dan memberdayakannya dalam kebaikan. 

Mencintai pilihan diri
Di zaman yang dikenal dengan zaman emansipasi ini, sebagai perempuan yang hidup di Indonesia kita memiliki kebebasan untuk memilih apa yang diinginkannya, baik dalam bidang karir, pendidikan, bahkan gaya hidup. Namun ingat, sebagai muslimah kita diberi kebebasan yang harus bisa kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak. Muslimah yang baik, tidak mudah galau hanya karena takut pilihan hidupnya dianggap kuno, ketinggalan jaman atau bahasa kekiniannya nggak kekinian (eh kalimat apa pula ini? :D). Percuma kita diberi kesempatan hidup di negara dimana kita bebas memilih pilihan hidup tapi kita justru lebih sibuk terhadap apa kata orang, memilih sesuatu hanya berdasarkan pandangan orang yang mana terkadang itu bukan kata hati kita, terlalu sibuk mengenali pandangan orang lain bisa bikin kita jauh dari mengenali diri kita sendiri lho ;) Muslimah yang merdeka akan mencintai pilihannya apapun penilaian orang as long as ia yakin bahwa yang menjadi pilihannya adalah apa yang juga dicintai oleh Allah, tidak melenceng dari nilai-nilai syariat. 

Memerdekakan diri dari kemudharatan 
Disadari atau tidak, kadang sebagian dari kita masih suka melakukan hal-hal yang mudharat, suka menggunjing, boros, suka menunda-nunda pekerjaan dan waktu ibadah, serta mungkin masih banyak lagi. Kemudharatan terkadang melenakan, karena meskipun ia tidak mendatangkan manfaat tetapi melakukannya terasa nikmat. Untuk itu kita perlu waspada agar jangan sampai diri kita terbiasa melakukan hal-hal yang mudharat, karena hal tersebut bisa membuat kita menjauh dari hal-hal yang bermanfaat dan menyesal kemudian. Nah, yuk kita mulai menjadi pribadi yang merdeka, yang bangga menjadi diri sendiri dengan identitas sebagai muslimah, dengan menjadi muslimah yang baik kita sudah berkontribusi dalam pembangunan negara kita lho, terlebih kita akan semakin dicintai oleh Rabb kita Allah SWT. Insya allah, aamiin..


#bloggermuslimah
#gerakanmenujusholehah

sumber







Selasa, 04 Agustus 2015

Sudahkah Kita Memuliakan Orang Tua Kita?

Posted by Unknown on 02.33 with 2 comments
Hmm... Lagi jadi trending topic neh kayaknya tentang bagaimana seharusnya seorang anak memperlakukan orang tua. Beberapa hari ini saya melihat ada banyak orang yang membagikan kumpulan meme berjudul “orang tua sebagai...vs orang tua sepatutnya”. Mengapa saya katakan jadi trending topic? karena postingan tersebut di share lebih dari 20.000 kali, entah yang meng-share tersebut setuju atau tidak dengan postingan itu saya tidak mencari tahu sampai sejauh itu, hehe.. yang jelas dari kumpulan meme tersebut saya menangkap yang paling kena adalah orang yang nitipin anaknya ke orang tuanya

Saya pribadi tidak bermaksud menghakimi sih, soalnya memang bukan hakim, hakim paling adil itu kan Allah, manusia hanya “pemain” dan tidak ada namanya dalam sebuah kompetisi pemain merangkap menjadi hakim permainan, karena kalo ada akan cenderung memenangkan diri sendiri, nggak fair jadinya ;)

Hanya saja, saya jadi teringat pada sebuah acara ceramah di TV yang dipandu oleh penceramah kondang Mamah Dedeh, waktu itu beliau bilang nitipin anak ke orang tua, yang mana si anak juga harus di urus oleh orang tua segala tetek bengeknya adalah bentuk kedzaliman anak terhadap orang tua (beliau juga menyebutkan sebuah ayat untuk mempertegas statement beliau tersebut). Kemudian ada seorang ibu di bangku penonton bertanya, “Mah, kalo yang mau orang tuanya sendiri gimana? Kalo orang tuanya seneng-seneng aja, nggak keberatan gimana?” terus Mamah Dedeh menjawab, “Bu, itu perintah Allah ya, kalo mau protes atau banyak nanyak, langsung ke Allah saja yang bikin aturan” hihii...kita yang sudah pernah beberapa kali melihat beliau tampil, pasti tahu ya bagaimana gaya ceramah beliau ^_^

Tidak bisa dipungkiri memang, bahwa terkadang pihak si nenek-kakek lah yang meminta atau bahkan “memaksa” sendiri untuk merawat si cucu, entah karena ingin anaknya menjadi anak yang membanggakan dengan karirnya, merasa kesepian, atau hal lain (meskipun mereka juga ada yang mengeluh bagaimana repot dan capeknya mengurus anak). Tanpa sadar, bahwa usia semakin menua dan bekal hidup di alam yang kekal harus segera dipersiapkan, dan membiarkan anak mereka untuk hidup mandiri dengan bagaimana mengatur rumah tangganya sendiri.

Namun kita juga harus adil untuk tidak menutup mata, bahwa di luar sana ada orang tua yang sangat mengharapkan anak mereka bekerja, bukan buat bangga-banggaan, tetapi karena mereka bergantung secara materi kepada anak mereka. Tidak semua orang memiliki orang tua yang tenang menjalani masa tua karena sudah terjamin dengan dana pensiunan, usaha yang mapan, fisik dan pikiran yang masih sehat, bukan? Jika orang tua atau anak adalah seorang single fighter dengan kehidupan yang jauh dari cukup bagaimana mungkin mereka tidak berjuang untuk hidup dengan bekerja, ingat, kita tinggal di negara yang mana seorang janda tidak ditanggung oleh negara bukan? Cmiiw.

Tidak menitipkan anak pada orang tua, bukan berati kita sudah menjadi anak yang baik kepada orang tua, sudah sempurna bakti kita kepada mereka, coba kita intropeksi diri pada hal-hal yang lain..
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi sering berkata kasar pada orang tua :(
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi jarang berkomunikasi, menyambung silaturrahim, memberi kabar pada orang tua :(
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi  ketika ada kelebihan rejeki tidak ingat untuk berbagi pada orang tua :(
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi alpa menyebut nama mereka dalam doa :(


Sesungguhnya, ada begitu banyak bakti kepada orang tua yang harus kita tunaikan. Pun ketika telah kita lakukan rasanya tidak akan pernah cukup untuk membalas segala hal yang telah mereka lakukan kepada kita. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Sangat adil jika semua kita kembalikan kepada masing-masing yang menjalani. Semoga mereka yang saat ini menitipkan anaknya kepada orang tua, adalah benar-benar karena darurat dan dengan alasan yang diperbolehkan syariat, bukan karena keenakan, tetap memperhatikan “me time” orang tua, kesehatan, serta waktu mereka bermunajat kepada Allah, jika perlu bisa dicarikan asisten yang meringankan pekerjaannya, mengingat usia mereka sudah menyenja, kekuatan fisik semakin berkurang, semoga Allah memuliakan orang tua kita. Semangat birrul walidain ^_^



sumber