Tampilkan postingan dengan label Bilik Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bilik Renungan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Juni 2016

Jangan Memaksakan Baju Sendiri Kepada Orang Lain Begitupun Sebaliknya

Posted by Unknown on 20.37 with 1 comment
Membaca status berjudul “Sepatu Orang Lain” milik mbak Mia Ilmiawaty Sa'adah, jadi merenungi kehidupan diri sendiri, kadang memang ya tak jarang suka berlebihan menilai kehidupan orang lain maupun diri sendiri sehingga tak jarang jadi terkesan memaksakan apa yang ada diri kita kepada orang lain, entah sepatu, baju, standar, dan prinsip hidup (sepatu dan baju disini tentu makna kias). Seperti tulisan dari dasar sanubari ini *tsaahh* yang keluar karena merenungi tulisan dari mbak Mia yang menyadarkan hati, Allahumma bariklaha.. Namun, yang dipakai adalah makna kias dari baju, nggak papa ya, beda dikit ^_^

Diri melihat seseorang yang tak kunjung menikah, menilai terlalu pilih-pilih, terlalu ambisius terhadap cita-cita karirnya, padahal di ruang yang tak terlihat, doa-doa darinya senantiasa melangit penuh pengharapan akan segera datangnya pendamping hidup, sedangkan diri yang diberi kemudahan jodoh lalai mensyukuri.

Diri melihat seseorang yang menikah muda, menilai ia menyia-nyiakan cita-cita, terlalu terbuai oleh cinta. Padahal ia hanya sedang berusaha sekuat tenaga menjaga kehormatannya, membentengi diri dari fitnah, dan menggenapkan separuh agamanya.

Diri melihat seseorang yang bekerja di rumah, menilai ia menyia-nyiakan pendidikan, kurang aktualisasi diri, dikekang oleh suami. Padahal bisa jadi ia ingin fokus kepada buah hati dan keluarga memberikan yang terbaik yang menjadi kebutuhan mereka, menjalaninya dengan bahagia. Sedangkan diri tanpa sadar tergelincir pada prasangka dan kesombongan, pernah mendapati sebuah percakapan ;
X: serius nih nggak mau ngelamar kerjaan? Beneran sudah ikhlas mau di rumah, aku kok masih sulit ya..
Y: iya insya allah, aku tidak berhasil memberikan ASI eksklusif untuk anakku, tidak ada cara lain untuk menebus hal tersebut selain senantiasa mendampinginya minimal sampai ia melewati masa golden age..
X: *jleb*nyesek*

Diri melihat orang yang bekerja di luar sana, menilai ia mengesampingkan keluarga, mengejar egonya. Padahal selama ia bekerja bisa jadi ia sibuk membagi waktu antara pekerjaan dan memastikan keadaan anak dan rumah baik-baik saja, lebih baik manajemen waktu dan pekerjaannya atau bisa saja ternyata ia sedang bekerja keras untuk membantu keluarga terlilit dari hutang-hutang.

Begitulah, kadang setiap orang memang memiliki alasan kuat untuk sebuah keputusan dan orang lain terkadang memandang sebelah mata bahkan meremehkan, padahal tak secuilpun dari keputusan yang dia ambil merugikan diri kita.

Diri melihat seseorang yang menyekolahkan anaknya di usia dini, memandang orang tua yang terlalu berambisi, menuntut anak, tidak kasihan, padahal keputusan tersebut adalah keputusan yang tepat bagi mereka karena dengan bersekolah anak mereka lebih bahagia, karena menemukan beberapa hal yang diinginkan serta dibutuhkan anak dan sudah tidak bisa diusahakan lagi oleh orang tuanya di rumah.

Diri melihat seorang ibu yang aktif mendidik dan membuatkan aneka mainan edukasi untuk anaknya di rumah, memandang ibu itu terlalu overprotektif, idealis, dan lain-lain. Padahal apa yang ia lakukan tersebut ternyata mampu menciptakan bonding yang kuat antara ibu dan anak.

Dan... masih banyak lagi seolah-olah jika orang tidak memakai standar hidup kita itu rasanya aneh..

Jangan memaksa baju sendiri ke badan orang lain, karena bisa jadi tidak sesuai, dan juga penting tidak memaksa baju orang lain untuk diri sendiri, karena bisa jadi tidak cocok.

Seperti tak tepat memaksakan memakai daster kepada orang yang sehari-harinya bekerja di kantor untuk dipakai ke kantor. Pun seperti berlebihan memakai baju PNS lengkap untuk sekedar ke dapur mengupas bawang, menjemur cucian. (diluar konteks jika mengerjakan pekerjaan rumah kemudian berangkat ke kantor).

Memaksakan baju sendiri ke orang lain bisa jadi tidak cocok bagi orang tersebut, memaksakan baju orang lain untuk diri sendiri bisa jadi berpeluang menimbulkan penyakit hati, kalo bajunya sempit jadi iri karena orang lain langsingan, kalo kebesaran jadi ujub karena merasa langsingan. Kalo lebih cantik di pakai diri sendiri bangga, kalo lebih cantik dipakai orang lain nyesek lihatnya.

Ya, jangan memaksakan standar hidup diri sendiri ke orang lain, dan jangan memaksakan standar hidup orang lain untuk diri sendiri. Mari banyak-banyak mensyukuri hidup ini, jaga hati dan jaga lisan, jaga lisan untuk tidak berkomentar negatif dan membuka aib, jaga hati agar segala penyakit hati tidak menjangkiti. Cukuplah hidup dihiasi dengan saling menasihati, bukan menghakimi.

Jangan menghadirkan luka karena lisan, jangan undang dosa karena penyakit hati. Jaga yang nampak, jaga pula yang tidak tampak. Banyak-banyak beristighfar. Sampaikanlah nasihat dengan baik, dan pertimbangkanlah nasihat jika memang ada benarnya ^^ Mari bersama-sama mulai belajar berkata baik, bukankah jika tidak dapat berkata baik lebih baik diam, jika tak dapat berprasangka baik lebih baik istighfar? :)

 Apapun kehidupan yang sedang dijalani orang lain sekalipun diri merasa tampak tak sesuai dalam penilaian, berusahalah untuk tidak menghakimi, alih-alih berkomentar yang hanya menimbulkan sakit hati, jika tak dapat mengeluarkan nasihat mari mengganti dengan kalimat “barakallah..”, “barakallahum fikum..”, “barakallahu fiik..”, “semoga berhasil..”, “semoga dipermudah segala urusanmu”, dan kalimat positif serta doa-doa baik yang lain. Semoga Allah memberkahiku, memberkahimu, memudahkan urusanku, urusanmu, menuntunku dalam kebaikan dan kebenaran begitupun dirimu, menjadikan kita semua insan yang saling menghormati dan menghargai.

*seseorang yang sedang belajar menyukai "bajunya" sendiri, tidak memaksakan kepada orang lain dan juga tidak hasad terhadap milik orang lain. Yang sedang berusaha menjadi orang yang positif, agar hanya keluar yang positif, dan menebar hal-hal positif, aamiin.

memandang kehidupan seluas samudera

Selasa, 31 Mei 2016

Rumah adalah Hijab Terbaikku sebagai Wanita

Posted by Unknown on 20.13 with 5 comments
Apa bedanya house dan home? teringat sebuah pertanyaan yang dilontarkan seorang dosen senior "House" itu adalah gambaran sebuah bangunan, sedangkan "Home" adalah gambaran suasana dari rumah itu sendiri, makanya ada istilah "home sweet home" begitu beliau menerangkan.

Saat berbicara tentang rumah apa yang kita pikirkan? Sekedar berbicara sebuah bangunan atau lebih dari itu? Kenapa tiba-tiba berbicara tentang rumah?

Ya, tidak lain karena diri terusik dengan pemberitaan yang terjadi di luar sana, sebuah kabar yang tidak baik, sebuah kejadian yang membuat diri tidak habis pikir kenapa sampai bisa terjadi, sebuah peristiwa dimana kaum wanita dan anak-anak yang menjadi korban, sebuah kejadian yang membuat diri tersadar bahwa tidak ada tempat yang senyaman dan seaman rumah, yang karenanya Allah begitu baik memberikan sebuah peringatan terselip dalam ribuan ayat-ayatNya...

 “Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).

 Ya, begitu sayangnya Allah, sehingga Allah mengingatkan kita para wanita untuk berada di rumah. Ah, kejauhan kalau ayat ini dimaksudkan untuk “menyerang” wanita yang memiliki kesibukan lain selain di rumah, terlalu berlebih kalau dikatakan ini dimaksudkan untuk meramaikan kancah pertarungan sebuah status yang riuh diramaikan oleh wanita itu, karena toh dalam ayat tersebut jelas Allah mengatakan “hendaklah..” bukan “wajiblah..” Allah tahu diluar sana wanita memang dibutuhkan perannya sesuai dengan porsinya. Sudah sewajarnya siapapun dan apapun peran kita –wanita- meresapi makna yang terkandung dalam ayat tersebut, tidak kah ayat tersebut benar? Tempat teraman bagimu wanita adalah di rumah! Maka segeralah tunaikan amanahmu yang berada di luar itu untuk segera kembali ke rumah, selesai mengajar pulanglah, selesai pekerjaan kantor pulanglah, selesai antar paket pulanglah, selesai berkunjung pulanglah, selesai kajian pulanglah, selesai membeli micin pulanglah, terlalu lama berada di luar menimbulkan resiko untukmu, jika bukan keselamatanmu bisa jadi amalanmu, selesai beli sayur ketemu tetangga awalnya sekedar bersapa “hai” keterusan menjadi ghibah, naudzubillah..! Segera pulanglah, dan ingat berusahalah penuhi hukum-hukum syara saat berada di luar rumah, salah satunya bahwa kita harus berhijab dan bersama mahram, namun tetap ingat baik-baik tempat terbaikmu tetaplah rumah (saya speechless membaca suami istri yang pulang dari kantor dihadang 3 laki-laki dan si istri dinodai di depan mata suami ;’( ) 

Beradalah di rumah, dan menjaga adab-adab di rumah dengan baik. Tidakkah kita ingin mencontoh seorang wanita bernama Muti’ah yang menolak kunjungan putri Rosulullah, Fatimah, karena ia membawa anak lelakinya berkunjung dan wanita tersebut belum meminta izin suaminya untuk menerima tamu laki-laki? Tidak, saya tidak akan memaksa orang lain untuk mengagumi akhlak Muti’ah, sebagaimana saya juga tidak ingin dipaksa untuk menganggap ini lebay, berlebihan, dll. Ya, saya kagum dan ingin meneladaninya, rumah pun bisa jadi tempat tidak aman jika kita tidak berhati-hati, termasuk salah satunya memasukkan sembarang orang seperti orang asing dan lawan jenis. Jangan biarkan orang yang niatnya bertamu, kemudian merasa ada peluang untuk melakukan hal yang tidak kita inginkan

Begitupun kepada para laki-laki, jangan-jangan keinginan yang tidak-tidak itu muncul disebabkan suka berada di luar rumah tanpa alasan yang jelas, sehingga dirimu terkena pengaruh, sehingga muncul keinginan yang tidak-tidak mulai dari menhianati pasangan hingga menodai lawan jenis, naudzubillah..kau lupa anak, istri, ibu, saudara perempuanmu membutuhkan perlindunganmu, penjagaan darimu.

 Tidak perlu mencari-cari alasan kenapa tidak betah di rumah, karena jika bagi kita rumah adalah tempat yang penting, maka diantara 2 pilihan menjadi orang yang mencari kebahagiaan di rumah atau menjadi orang yang membangun kebahagian di rumah, kita tahu mana yang seharusnya kita pilih. Semoga tidak saya temui lagi Ya Allah baik dalam diri saya maupun diri orang lain keluhan semacam “saya tidak betah ada di rumah”, “bagi saya ada dirumah=sakit, (yang maknanya saya dirumah itu berarti saya sakit, karena kalo nggak sakit saya nggak mau ada di rumah), “di rumah itu stress!” dll. Insya allah, masih ada waktu memperbaiki niat, merenungi kekhilafan, dan berusaha menghidupkan kembali suasana “baity jannaty” jika masih terasa sulit, pikirkanlah jika ini mungkin tidak penting bagimu, ini mungkin penting bagi orang-orang yang kau sayangi ^_^

 ~Menulis untuk mengingatkan diri sendiri dan diri-diri lain yang berkenan~

 *seorang wanita yang berusaha menyelamatkan diri dan keluarganya serta senantiasa memohon perlindungan Allah


Rabu, 27 Januari 2016

Saat “Nikmat” Sakit Datang

Posted by Unknown on 22.30 with No comments
Ada dua kenikmatan yang sering terlupa nikmat sehat dan waktu luang begitu ungkapan sebuah hadis yang pernah saya dengar. Setuju banget dengan hadis tersebut, karena saat ini saya sedang merasakan bagaimana rasanya kehilangan salah satu dari dua nikmat tersebut. Ya, nikmat sehat saya sedang dicabut, digantikan oleh sakit, hiks!

 Sakit? Siapa sih yang pengen dapet sakit, I am sure nobody want! Tapi adakalanya sakit datang “berkunjung” dalam kehidupan kita tanpa kita undang. Kalau sudah begitu harus gimana? Ya, yang jelas harus berikhtiar untuk sembuh ^_^. Tidak sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita tanpa sebab dan hikmah, begitupun juga dengan sakit. Saat Allah memberi kita sakit pasti ada maksud di balik itu, maka cobalah untuk interopeksi diri. Bisa jadi sakit tersebut muncul akibat kelalaian diri sendiri yang kurang menjaga kesehatan dengan baik, bisa juga ujian kesabaran dari Allah untuk meningkatkan derajat keimanan kita, bukankah Nabi pun ada yang diuji dengan sakit?

 Betapapun tidak enaknya sakit, jangan sampai berputus asa ya, terus semangat berikhtiar untuk sembuh. Sakit juga merupakan salah satu penggugur dosa-dosa kita di masa lalu, barengi juga dengan perbanyak istighfar, berprasangka baik, dan berhusnudzon. Fighting!! ^^


Minggu, 06 September 2015

Hal-Hal Yang Sering Dibicarakan Oleh Perempuan Yang Telah Menikah Kepada Ibunya

Posted by Unknown on 03.16 with 4 comments
Aku dan ibu itu....... Bagaikan buah jatuh hanyut di kali :D fisik dan karakter :p. Hal yang membahagiakan lebaran tahun ini adalah, bisa 'stay' lebih lama di kampung halaman, thank a lot my hubbybie, jazakallah khoir :*

Anak tetaplah anak, berapapun usianya tetap membutuhkan sosok seorang ibu, udah nikah juga masih begitu.. Apa aja ya yang suka ditanyain, didiskusikan, dan digosipin seorang anak perempuan yang telah menikah pada ibunya? Hmmm.... Aq dan ibu termasuk cocok banget kalo ngobrol, apa aja kami obrolin, beberapa diantaranya adalah seperti hal-hal dibawah ini :

1. Hubungan Suami dan Istri
 Namanya pengantin baru (baru 3 tahun :3 ) ya masih seneng-senengnya ngadu eh curhat :p. Biar gimana pasangan itu kan makhluk asing yang sekalipun sudah kita kenal sebelum nikah tetap ada yang beda setelah nikah, rasa kikuk, nervous, bingung, marah, sebel, tapi kalo lagi mesra dan bahagia nggak di curhatin, maluuu hohoo.. (gimana sih mestinya yang diceritakan yang seneng-seneng ya biar nggak jadi pikiran, dasar childish! *upss) Ada kondisi dimana kadang curhatnya meluap-luap menceritakan sesuatu yg kurang enak, dr cerita panjang lebar itu biasanya ibu kasih tanggapan "kamu kualitas ibadahnya lg menurun ya? Dhuha rutin kan? Tahajud jalan to? Baca qur'an dan tadabbur sudah?" *lho.. lho...
"ih ibu neh apa sih, ini bukan masalah ibadah nggak ada hubungannya sama sekali..." *ngeles
 "iya sih tau, tapi orang kalo bagus kualitas ibadah, bagus jg kualitas dlm memecahkan masalah..." *jleb!!! *gagal ngeles.. Masih lanjut... "banyak-banyak dzikirullah ya, jangan diturutin emosinya biar hati tenang setan yang ngegodain juga pergi jauhh..."

2. Kehamilan dan Mengurus Anak
Hamil dan Mengurus anak itu sesuatu hal yang baru bagi perempuan yang telah menikah, jaman hamil sering juga ngobrol by phone dengan ibu, selain menanyakan beberapa hal tentu juga untuk memberikan kabar kepada ibu, apalagi bagi ibu juga adalah pengalaman pertama punya cucu, kasihan kalo dibikin mikir gimana keadaan anaknya yang sedang hamil disana.. Setelah melahirkan pun begitu tanya tentang beberapa cara mengurus bayi, stimulasi perkembangan bayi, solusi kalo bayi ada keluhan ini itu dsb, yah bukan gaptek dan nggak banyak baca atau jauh dari akses medis, tapi cerita dengan ibu itu memang sesuatu ya.. :) selain itu ya pengen kasih kabar aja tentang cucu pertama dan (masih) satu-satunya yang jauh di mato ini, suka nyeseg rasanya kalo dengar suara ibu "gimana kabarnya? Kok lama gag menghubungi? Ibu mau menghubungi duluan khawatir mengganggu, sibuk ya?" Hiks,,, ibu memang nggak pernah menelepon duluan, dengan alasan khawatir mengganggu, dan memilih menunggu kabar dr kami :(

3. Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga yg sering aku tanyakan ke ibu itu memasak, kalo pekerjaan rumah tangga yang lain2, aku merasa sudah pintar,, *baru 'merasa' aja sudah sombong ya.. :D biasanya kalo kangen rumah obatnya pengen makan masakan buatan ibu, jadi bumbu dan caranya ya harus tanya ke ybs, bukan google atau grup, biar sensasinya dapet, hohoo..selain itu lebih tanya-tanya soal manajemen waktunya, soal urusan rumah tangga yang rasanya nggak beres-beres apalagi ketika anak sudah hadir dalam pernikahan kami di tambah tinggalnya di IMI (istana mertua indah) gimana rasa sungkannya kalo ada belepotan dikit d lantai, perkakas berantakan, dsb.

 4. Tentang Cita-Cita
 Anak muda banyak galaunya ya... *situ aja kali. Hal yang juga sering aku tanyakan pada ibu adalah tetang karir, setelah menikah aku jadi almost-everyday-stay-at-home-mom, kadang dalam kesempatan ngobrol aku cerita tentang keinginan untuk bekerja diluar sana, cita-citaku, mimpiku, dan tantanganku untuk mencapainya. Selain itu, memang ada rasa sungkan juga pada ortu walaupun ortu nggak pernah nuntut aku harus begini dan begitu, setelah menikah maka kehidupanku benar-benar diserahkan sama aku sepenuhnya. Yang bikin nyes adalah ketika ibu bilang bahwa dari dulu pun doa ibu adalah anaknya pendidikannya lancar, ketemu jodoh yang sholih, dan bersama jodohnya membangun kehidupan yang baik. Kalo bicara tentang ini, ibu selalu memberi pandangan yang membuatku tenang, bahwa apakah aku serius ingin berkarir di luar saat ini, dan mendelegasikan anak pada orang lain tanpa pengawasan dari anggota keluarga sama sekali, tentang lingkungan tempat aku tinggal yang jauh dari keluarga baik keluargaku maupun suami, dan tetangga yang berjauhan secara fisik dan psikologis, dan terlebih serta yg utama adalah kondisi si anak sendiri memungkinkan kah untuk sekarang di tinggal oleh ibunya dalam waktu yang tidak sebentar? Dan biasanya aku respon iya ya bu, insya allah nanti ada waktunya kalo anak sudah besar, dan ibu dengan enteng menimpali, iya kalo adeknya lahir gimana? *eh eh ibu neh? :D dan diakhir obrolan ibu selalu menyarankan "sabar......." tidak perlu terlalu berambisi terhadap sesuatu yang bukan hak dan kewajibanku, lagian karir kan nggak harus ngantor, nggak harus pegawai, mencari maisyah dari rumah bisa dipertimbangkan dan coba dicari ilmunya.. Banyak-banyak doa dicukupkan rejeki, insya allah semua sudah dijamin sama  Allah.. Dan juga jangan boros jadi istri yang qanaah... Satu hal yang aku ingat dari ibu, untuk urusan dunia ibu memang tidak pernah berkata pada bapak "kapan kita begini pak, kapan begitu, kapan seperti si ini, kapan seperti si itu, kapan punya ini, kapan punya itu" :) hohoo kalo ingat satu hal itu malunya minta ampun, karena masih blom bisa meniru ibu. Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan ibu juga sekarang punya kerja (yang menghasilkan uang) serabutan eh sampingan eh lebih keren lagi dong ah di posting di blog kok, side job :D

5. Hubungan Mertua dan Menantu
Sebagai orang yang (insya allah selamanya) tinggal bersama mertua, ini juga bab yang tidak jarang aku obrolin sama ibu, tentang gimana komunikasi yang baik, nyenengin hati mertua, atau bahkan jika ada kesalahpahaman dengan mertua yang tinggal satu-satunya bagiku (bo'ong banget kalo aku bilang hubungan dengan mertua kaya jalan tol, yang nyatanya tol pun sekarag tak mulus :p ) pengalaman hidup ibu banyak menginspirasi dan ku jadikan PR besar buatku... Ibu memang tidak pernah seatap dengan mertua tapi setelah bapak sudah tidak bertugas didaerah rantau yang kini menjadi negara sendiri, kami sekeluarga diboyong ke kampung halaman bapak dan ibu (bapak dan ibu satu desa), dan diminta oleh kakek dan nenek untuk membangun rumah disebagian lahan mereka, praktis kami tinggal berdekatan dengan kakek dan nenek dari pihak bapak, sekelebatan memori tentang bagaimana hubungan mertua menantu memang masih ku ingat sedikit.. Ibu pun bercerita kalo dulu awal-awal banyak berselisih dengan nenek (kenapa sih kebanyakan kok yang berselisih mertua cewek dengan menantu cewek?? Apa emang rasa dalam menyambut menantu cewek sama cowok itu beda yak? *Ah situ gebyah uyah deh :p )  biasanya sih berselisih tentang cara ibu ngurus rumah tangga dan tentang kebiasaan (adat istiadat).. Ya gimana ya, setiap rumah tangga punya cara sendiri kan ya, ibu memang tidak suka ngadain acara selametan ala-ala... ala-ala apa ya takut salah omong :D dan nenek paling nggak suka dengan sikap ibu itu, bagi nenek ibu nggak umum nggak ikutin aturan (adat) yang ada dan bagi ibu, ibu punya alasan kuat (prinsip) kenapa tidak melakukan hal tsb, tapi nggak perlu berpikir ibuku ikut aliran sesat ya, eh emang sesat ding! :D, jangankan gabung komunitas mengaji, jilbaban aja belom waktu itu, jadi ya logisnya ajaran agama aja masih ditolak, apalagi ajaran adat istiada yang hanya berdasarkan. Kesinisan mertua, gunjingan tetangga jangan ditanya, ibu lempeng saja karena merasa tidak makan dan bernafas dari mereka, tetapi tetap salam, senyum, sapa, santai,,,sama mereka yang menyelisihi (satu hal yg blom bisa aku contoh juga) kata ibu cara menghadapinya ya sabar aja, sampaikan dengan baik maksud kenapa kita begini dan begitu, kalo mertua terima dengan terbuka alhamdulillah, andaipun nggak ya sudah, kita boleh kok punya prinsip dan mempertahankan prinsip kita karena hidup kan memang hidup kita, kita tau alasannya, kita tau kebenarannya... Dan ingat yang terpenting -Jangan Dendam!- *uhuk!, maafkan tanpa harus menunggu dimintai maaf! jangan diambil hati dan lupakan, karena percuma saja kita mau mengubah keadaan kalo masih ada dendam pada seseorang/sesuatu, iya nggak?! hmm.. Biar gimanapun, itu orang tua pasangan kita, yang dengan sadar ketika kita menerima anaknya sebagai pasangan, kita bersedia pula menerima keluarganya, jangan berlebihan menyimpan amarah, yang lalu biar berlalu, tidak perlu disimpan, ditumpuk-tumpuk... Dan jangan memberi kesan seolah-olah kita telah "merebut" anak lelakinya... Ibu memang orang yang tulus, pemaaf, dan nggak dendam itu kali ya yang bikin di usia beliau yang hampir setengah abad, orang ngiranya anaknya masih SD.. Saat beberapa pekan nenek dari pihak bapak a.k.a mertua ibu berpulang ke rahmatullah, banyak para tetangga yang bilang kalo dulu nenek sering menggunjing kejelekan ibu (yah kejelekan yang dimaksud adalah apapun yang dilakulan ibu yang tidak disukai nenek) tetapi ketika mendekati akhir usia nenek, beliau berbalik selalu menceritakan betapa baik dan tulusnya ibu,, semoga hubunganku dengan bumer bisa 'khusnul khotimah' seperti ibu, dan kata ibu Terlebih penting lagi, sertakan pasangan juga, ajak pasangan berdiskusi, yang bisa jadi mediator hubungan mertua dan menantu ya pasangan kita alias anak dari mertua kita sendiri,, Lebih baik ya memang tinggal sama anak dan pasangan aja, tapi kan harus tau diri juga bahwa bumer itu sebatang kara, anaknya pada jauh-jauh..yang diharapkan bisa menemani ya aku dengan suami... Hiks iya juga ya mencoba menempatkan posisi sebagai bumer kok ya nelangsa..   Ya.. Ya.. Nothing beats the feeling of being home but life must goes on...sekarang semakin paham deh kenapa Allah kasih aturan perempuan yang sudah menikah itu baktinya adalah kepada suaminya, mungkin salah satunya ya karena ini kalo sudah nempel di ketiaknya si emak susah lepas :D semoga pulang kampung kali ini bisa membawa semangat baru dalam menjalani hidup.. Aamiin.

Hal-Hal Yang Sering Dibicarakan Oleh Perempuan Yang Telah Menikah Kepada Ibunya
perempuan tiga generasi; ibu, aku, dan anakku nisa ^_^

Senin, 03 Maret 2014

Being Wonderful Wife to Create A Wonderful Family

Posted by Unknown on 06.38 with 1 comment


Memiliki keluarga idaman yang sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah impian semua pasangan suami istri. Untuk dapat mewujudkannya maka masing-masing suami dan istri harus dapat menjalankan perannya secara baik dan saling mendukung. Kebetulan ada GA bertema “wonderful wife” dan kebetulan saya juga adalah seorang istri (eh ngaruh nggak ya soalnya di aturan sepertinya tidak dicantumkan kalo yang ikutan harus yang sudah berstatus istri, siapa tahu calon istri juga boleh, hehehe) saya ingin berbagi sedikit dari pemahaman tentang bagaimana menjadi wonderful wife. Hmm.. being wonderful wife, could I? Bagi saya pribadi tidak ada istri yang sempurna, yang ada adalah istri yang mau belajar dan berusaha menjadi lebih baik bagi keluarganya. Disadari atau tidak keharmonisan dan kehangatan di dalam rumah tangga itu tergantung bagaimana karakter istri, bayangkan kalo si istri karakternya pemarah, suami jadi nggak betah di rumah, anak-anak lebih suka mencari “perhatian” di luar, tetapi jika istri adalah orangnya yang hangat, sabar, penuh kasih sayang, maka nyamanlah semua orang yang ada didalamnya.Di dalam rumah seorang istri adalah pusat yang memberikan pengaruh kuat keadaan di dalam rumah. Dalam agama pun sudah banyak dibahas tentang peranan seorang istri yang begitu penting bagi keluarganya. Banyak sekali karakter yang harus dimiliki seorang istri untuk menjadi wonderful wife, bahkan dengan banyaknya tugas-tugas dari peran seorang istri yang harus dijalani, saya berani bilang 3 tidaklah cukup :D tapi karena si empunya GA pengennya 3 akan saya tulis 3 karakter terbaik untuk menjadi wonderful wife. 

1.      1. Setia, harga mati
Seorang istri yang baik haruslah mempunyai karakteristik yang setia. Saya tempatkan dinomor satu karena bagi saya ini yang paling penting. Eitts setia itu ternyata panjang juga loh kalo dijabarkan. Bagi saya setia tidak hanya sekedar memastikan bahwa fisik kita bersama orang yang kita cintai, tetapi setia juga mencakup pandangan, perhatian, hati, yang kita berikan kepada pasangan. Istri yang setia tentulah istri yang pandai dalam melayani. Jangan remehkan soal kesetiaan dengan mengganggap bahwa setia adalah tidak selingkuh alias tidak zina, bagi saya bukan hanya itu saja. Zaman dan teknologi yang berkembang dengan pesat ini terkadang membuat kita asyik dengan dunia sendiri dan cenderung egois, maraknya media sosial juga bisa menjadi celah bagi setan untuk menggoda kita menuju ketidaksetiaan. Sudahkah kita menjaga kehormatan diri saat suami tidak di rumah, kira-kira dengan siapa saja kita berinteraksi ketika suami tidak ada atau saat tidak sedang bersama suami karena bekerja mungkin, bukan bermaksud su’udzon ketika ada yang berinteraksi dengan lawan jenis, biarpun seorang ibu rumah tangga tidak dipungkiri juga berinteraksi dengan lawan jenis, tukang sayur misalnya, tukang bersih-bersih lingkungan, tukang antar undangan syukuran, dll. Tetapi interaksi seperti apa dulu, sesuatu yang penting atau hanya sekedar keasyikan bercanda haha-hehe sampai kebablasan, tetap ya antara laki-laki dan perempuan tetap ada batasnya, dan perlu diperhatikan baik di dunia nyata maupun maya. Kemudian dalam berpenampilan terkadang kita repot-repot berdandan ketika mau kondangan, tetapi kalo di depan suami hanya ala kadarnya,alih-alih ingin dicintai apa adanya. Tidak dapat dipungkiri kalo menjadi istri yang sejuk dipandang mata bagi suami adalah anjuran juga bagi wanita untuk menjadi istri yang baik,nggak harus seperti artis yang sliwar-sliwer di tivi kok, minimal jaga kebersihan dan kerapian, aroma dapurnya juga jangan terlalu lama dibiarkan melekat (ngomong sama kaca :D). Tetap jaga penampilan ketika diluar agar tidak terlalu mencolok hingga mengundang mata-mata liar yang bisa membuat suami tidak ridho. 

2.      2. Keibuan
Istri yang baik adalah istri yang memiliki karakter keibuan, artinya sebagai istri dia juga paham akan perannya sebagai ibu bagi anak-anak. Keibuan disini tidak melulu digambarkan sebagai sosok yang anggun,kalem,halus,lembut bak sutra (ngomong kaya gini karena yang nulis ini jauh dari karakter itu :D) sudah tahu sosok Bu Risma Walikota Surabaya? Bagi saya beliau juga memiliki karakter keibuan yang kuat, karena keberaniannya, perhatiaannya, cepat tanggap, dan heroik. Intinya karakter keibuan disini adalah orang yang bisa menunjukkan dan memberikan perhatian dan rasa sayang dengan caranya masing-masing tetapi bisa sampai dan diterima oleh semua orang, bukan hanya sesuatu yang dia lakukan berdasarkan ego saja. Selain itu sosok keibuan juga selayaknya diiringi dengan rasa haus akan ilmu, dalam merawat dan mendidik anak misalnya, cari ilmunya cari apa yang terbaik, jangan hanya mengandalkan kata orang dulu begini begitu, kita sudah dimudahkan oleh teknologi dalam mengakses ilmu dan informasi, manfaatkan, cari tahu! Kenapa sih kok pada kenceng kasih ASI ke anak,kenapa sih kok ada yang bilang calistung di usia dini baik ada yang tidak, gimana ya biar anak percaya diri, gimana ya biar anak tidak pemarah, gimana ya biar anak nggak picky eater, gimana mengajarkan anak mulai beribadah, anak saya nanti dipondokin, homeschooling,atau sekolah biasa saja ya, dll. Anak adalah titipan, titipan yang bukan sekedar disuruh untuk dikasih makan. Jangan sampai yang menitipkannya pada kita kecewa. Berusaha jadi Ibu yang peduli, jangan hanya mengejar kesenangan pribadi terus menggampangkan urusan yang satu ini. Apalagi masalah mendidik anak itu diidentikkan dengan kita, wanita, iya soalnya laki-laki alias si bapaknya dikodratkan untuk urusan mencari nafkah dan umat. Eh, menjadi Ibu itu juga mengurus umat loh, beda lahan aja :D

3.      3. Mandiri
Beberapa artikel yang pernah saya baca yang membahas tentang karakter mandiri yang dilekatkan pada seorang wanita itu maksudnya adalah bisa cari duit sendiri, tetapi bagi saya tidak hanya sekedar itu dan tidak melulu tentang itu. Mandiri disini berkaitan dengan tugas seorang istri yang tidak bisa dibilang sedikit, kalo tidak salah pernah ada ungkapan seperti ini, pekerjaan seorang istri itu dari terbitnya matahari sampai terlelapnya suami dimalam hari, panjang sekali ya..jangan remehkan urusan beres-beres rumah, mencuci, mengepel, setrika, memasak, coba saja hitung berapa jarak yang ditempuh bolak-balik ke depan-ke belakang rumah,belum lagi ngurus anak apalagi kalo yang punya balita dan batita,ada nggak ya kalo jaraknya kayak Jakarta-bandung? *lebayy :D  Seorang istri yang mandiri adalah juga istri yang tanggap dalam melakukan suatu kerjaan saat suami tidak ada dirumah, mampu mengambil keputusan, dan mampu menghandle apa yang menjadi tugasnya dengan baik, tetapi tetap ya bukan status atau label saja yang kita kejar, memaksakan diri untuk bisa semuanya biar dibilang mandiri, atau nggak mau dibilang manja, mandiri bukan berarti apa-apa dilakukan sendiri, ingat manusia makhluk sosial yang juga butuh uluran tangan, jangan segan-segan untuk berbagi dengan pasangan.
Begitulah 3 karakter yang penting untuk menjadi wonderful wife to create a wonderful family, so we can get a wonderful life :D eh ada pesan dan tips mewujudkannya yang terlupakan, yang paling penting jalani peran sebagai istri dengan perasaan  happy, jangan sampai kita tidak bahagia dan stress sendiri, suami dan anak kita membutuhkan istri dan ibu yang bahagia, yang ridho mempersembahkan yang terbaik bagi keluarga.

 Last but not least, semoga tulisan ini bermanfaat bagi diri sendiri dan semuanya. Terima kasih untuk Bu Ida Nurlaili karena telah menyelenggarakan event GA ini, setidaknya salah satu hal yang telah saya dapatkan sebelum pengumuman pemenang adalah saya telah jadi pemenang dari pertarungan hati saya dengan rasa enggan dan tidak pede untuk menulis terlebih mengikuti event GA ini, akhirnya blog yang  telah lama saya cuekin, saya sambangi kembali (kasihan sarang laba-labanya sudah dimana-mana, belum lagi tikus dan kecoa,, *lol :D ). Buat saya blog ibu sudah cukup baik penataannya, beberapa artikel sejenis sudah disendirikan sesuai dengan labelnya, benar seperti yang sudah ibu singgung di syarat dan ketentuan lomba, kalo bagi saya tampilannya perlu dibikin menarik, misalnya perpaduan warna yang lebih memanjakan mata (maaf mungkin kalo ini masalah selera pribadi saja ^_^), kalo kontennya sudah bagus bikin penasaran untuk baca semua tulisan-tulisan bu ida. Dan satu lagi sering-sering ngadain GA ya bu, biar si malas nulis ini punya alasan untuk nulis, hehehe. Salam kenal ya bu.. :)