Rabu, 20 April 2016

Anak Gaul Jadi Santri

Posted by Unknown on 00.10 with 1 comment
Judul : The Boarding
Penulis : Triani Retno A.
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Terbit : 2015
Tebal : 230 halaman
ISBN : 978-602-02-6890-3


Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Tasya seorang gadis remaja metropolitan, bahwa orang tuanya akan menyekolahkannya di sebuah boarding school atau sekolah berasrama yang lebih umum lagi disebut pesantren. Tidak tanggung-tanggung, boarding school yang dipilih oleh kedua orang tua Tasya ini berada di luar Kota Jakarta, tepatnya disebuah pinggiran Kota Bogor.  Sebagaimana pesantren yang lain, Nurul Iman Boarding School (NIBS) pesantren dimana Tasya akan melanjutkan sekolah, mengutamakan pendidikan keagamaan dan juga memiliki aturan yang sangat tegas. Keputusan orang tuanya ini tidak dapat diganggu gugat. Mau tidak mau, Tasya harus menuruti keinginan atau lebih tepatnya perintah tersebut.

Meski akhirnya Tasya pasrah untuk masuk pesantren, tetapi hatinya tetap memberontak. Walaupun pesantren pilihan orang tuanya adalah pesantren dengan reputasi dan fasilitas yang berkelas, namun baginya pesantren tetaplah sangat tidak cocok untuk dirinya yang menyukai kebebasan, ia sudah membayangkan bahwa disana ia akan sangat terkekang dengan aturan-aturan yang ketat yang baginya tidak masuk akal, sampai-sampai ia menjuluki NIBS sebagai luxurious jail! Penjara yang mewah!

Bisa ditebak, awal kehidupan Tasya sebagai murid pesantren sangat kacau dan bermasalah. Pelanggaran demi pelanggaran seolah tidak pernah berhenti mengisi buku catatan pribadinya. Bukan hanya bermasalah dengan tata tertib sekolah saja, tetapi Tasya juga sering bermasalah dengan beberapa murid lain, terlebih kepada Dini, seorang murid yang berasal dari sebuah desa di Wonogiri yang bersekolah dengan bantuan beasiswa penuh. Dini adalah teman sekamar Tasya, selain dua orang lainnya yaitu Astri yang berasal dari Jakarta sama dengan dirinya, dan Sarah, gadis indo Jerman anak seorang diplomat . Tasya tidak menyukai Dini dan seakan memandang sebelah mata padanya, bagi Tasya, Dini hanyalah seorang anak kampung yang tidak level untuk bergaul dengannya. Dini sendiri tidak pernah membalas perlakuan Tasya, ia bersikap baik dan selalu menunjukkan sikap persahabatan kepada Tasya, namun semakin Dini menunjukkan ketulusannya semakin Tasya membencinya. Sudah banyak teman dan guru yang menasihatinya agar bersikap baik terhadap Dini dan juga tidak melanggar peraturan pesantren, tetapi Tasya tak mau mengubah sikapnya

Entahlah, Tasya begitu keras kepala dan sangat sulit untuk diatur, ia tidak peduli pandangan orang-orang di NIBS tentangnya, bahkan ia cuek dengan julukan yang dialamatkan kepadanya yaitu "miss troublemaker". Bagi Tasya jumlah poin-poin pelanggaran tidak penting, bahkan ia bersyukur jika dengan banyaknya poin itu ia dikeluarkan dari sekolah, Namun ternyata, meski memiliki aturan yang ketat, NIBS bukanlah sekolah yang dengan mudahnya memutuskan untuk mengeluarkan siswanya. Malah, ancaman hukuman yang diberikan seringnya adalah yang paling tidak disukai Tasya yaitu dilarang mengambil jatah pulang ke rumah! Wah, bagaimana Tasya bertahan menjalani hari-harinya di NIBS? Apa yang akan dilakukan Tasya selanjutnya? Semua tentu lengkap ada di novel dengan tebal 230 halaman ini.

Gaya bahasa yang mengalir membuat alur cerita dalam novel ini mudah untuk diikuti. Celetukan-celetukan khas remaja, sejenak mengantarkan saya bernostalgia pada masa-masa sekolah. Karakter-karakter yang ada di dalam novel terasa natural, saling mengisi satu sama lain. Selain berkisah tentang tokoh utama Tasya, novel ini juga mengisahkan persahabatan yang dapat diambil nilai-nilai positifnya. Bagi saya yang tidak pernah merasakan bersekolah di pesantren, novel ini memberikan gambaran bagaimana keseruan kehidupan pesantren. Novel ini layak menjadi kado bagi remaja-remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri dan memiliki ego yang tinggi, karena novel ini sarat akan hikmah yang bisa diambil, salah satunya adalah terkadang sesuatu yang kita benci bisa jadi sesuatu yang justru baik bagi kehidupan kita.

Senin, 11 April 2016

Saat Balita Mulai Melirik Buku

Posted by Unknown on 01.44 with No comments
“Khairul jaliisi al kitaab” adalah sebuah ungkapan bahasa arab yang berarti sebaik-baik teman duduk adalah buku. Sebuah ungkapan yang tiba-tiba terlintas dalam benak saya ketika melihat tingkah laku putri kecil saya, Nisa, beberapa hari yang lalu. Saat itu saya hendak pergi ke bank dengan ditemani suami dan otomatis si kecil yang masih berusia batita itu pun ikut. Saat berada di teras rumah, tiba-tiba ia meminta kembali lagi ke dalam rumah, “buku.. buku.. ambing (ambil) buku.. “ begitu ujarnya dengan bahasa yang agak pelat. Saya sedikit terkejut dengan permintaannya, saya dampingi ia masuk ke rumah sambil menawarkan buku mana yang ingin dipilih. Nisa pun memilih dua buku untuk dibawa, ia memang lagi senang-senangnya membawa sesuatu di kedua tangannya, kanan dan kiri masing-masing membawa sesuatu.
Sesampai di bank, saya mengambil nomor antrian dan ternyata saya harus menunggu sekitar 20 antrian dengan jumlah teller bank sebanyak lima orang. Buku yang dibawa oleh Nisa menjadi pengisi kegiatan kami disela-sela mengantri, what a good choice! Thank Nisa for your idea, we can spent our time for something good! 

Sebagai orang tua, saya rasa mengenalkan buku sejak dini kepada anak adalah sesuatu hal yang positif. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang, jadi kalau kita ingin agar anak menyukai buku, maka kita juga harus mengenalkan anak pada buku. Namun, tentu tidak sembarang buku bisa diberikan kepada anak, harus sedikit picky dan selektif untuk memilih buku yang sesuai dengan umur serta kebutuhan anak. Beberapa pertimbangan saya dalam memilih buku untuk anak saya yang berusia 3 tahun antara lain :

1. konten/isi
Hal terpenting dalam memilih buku untuk anak seusia balita menurut saya adalah isi dari buku tersebut. Isi buku harus sesuai dengan dunia si kecil, selain itu, karena usia balita adalah usia yang belum dituntut untuk bisa membaca, maka sebaiknya isi buku lebih dominan gambar-gambar dengan warna yang menarik tidak sekedar hitam-putih. Melalui gambar-gambar itulah anak-anak mengenal isi buku dan menambah perbendarahan kata, bukan melalui ejaan kata-perkata, namun melalui penyebutan gambar-gambar. Sedangkan kalimat di dalam buku tetap penting sebagai panduan bagi orang tua, dan siapa tahu balita juga tertarik untuk mengenal huruf-huruf yang ada.

2. Bahan
Karena balita suka sekali bereksplorasi dengan apa yang dipegang, ada kemungkinan kalau buku tidak hanya sekedar dipegang, tetapi mungkin ditarik, digunting, dibanting, dimasukkan ke air dan lain-lain *curhat pengalaman, maka sebaiknya memilih buku dengan bahan yang kuat, sampul dan kertas yang tebal, tinta yang tidak mudah luntur, dan kertas yang tahan terhadap air. Pilihan-pilihan tersebut perlu diperhatikan jika kita sebagai orang tua ingin memiliki buku yang awet bagi anak.

3. Harga
Salah satu hal yang tidak kalah penting adalah harga buku. Namanya menyangkut anggaran dana tentu perlu dipertimbangkan masak-masak. Harga buku hendaknya realistis dan sesuai dengan kemampuan masing-masing keluarga. So, mahal atau tidak memang relatif. Tidak perlu memaksakan membeli buku yang bagi kita harganya cenderung fantastis hanya karena ingin atau mengikuti tren, just be wise mom, there are still so many books to choose out there! Atau jika memang membutuhkan, bisa mencari penjual buku yang juga menggunakan sistem cicilan atau arisan, insya allah buku menjadi lebih terjangkau.

Semoga anak-anak kita menjadi anak yang tak hanya bisa membaca tetapi juga gemar membaca. Karena saat anak bisa membaca berarti bisa mengeja kata-kata dan tanda baca dengan baik. Namun, ketika juga gemar membaca maka berarti dapat memaknai bacaan dan mendapatkan banyak hal yang bermanfaat dari kegiatan membaca, seperti informasi, ilmu, hikmah, serta banyak hal bermanfaat yang bisa diterapkan dalam hidup.Selamat memilih dan mengenalkan buku pada si kecil ya.  Feel free untuk menambah tips-tips ataupun sharingnya mom! ^_^

"Today a Reader, Tomorrow a Leader"