Selasa, 20 Oktober 2015

Pengalaman Membuat NPWP

Posted by Unknown on 00.45 with 2 comments
Temans, tahukah bahwa tahun 2015 Merupakan tahun pembinaan wajib pajak (TPWP 2015)? Saya baru tahu! :D tapi karena program tersebut dicanangkan pada akhir april lalu, saya tidak telat-telat banget lah ya tahunya *ngeles..





Jadi ceritanya suami meminta saya mebuat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), memang sebelumnya saya pernah denger ada wacana bahwa seluruh WNI harus mempunyai NPWP, mau orang kaya raya sampai ibu rumah tangga seperti saya. Tanpa protes saya nurut saja diantar suami ke kantor pajak dan ini adalah pertama kalinya saya kesana, otomatis menjadi pengalaman pertama saya berurusan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pajak. Jarak kantor pajak dari rumah saya tidak terlalu jauh, sekitar 15 menit dengan mengendarai sepeda motor. 


KPP Pratama Bojonegoro
Sesampainya disana saya disambut oleh petugas, setelah menyampaikan maksud kedatangan petugas memberikan formulir pendaftaran NPWP, dan mempersilahkan saya menuju sudut ruangan yang memang dikhususkan untuk mengisi formulir. Ada beberapa formulir yang harus diisi selain untuk persyaratan NPWP juga sekaligus formulir SPT (Surat Pemberitahuan) tentang perhitungan pajak selama satu tahun terakhir. Ternyata dalam mengaudit harta, kita diminta melaporkan mulai dari penghasilan, tanggungan, harta, sampai hutang yang kita miliki. Waktu mengisi formuir ada seorang petugas yang mendampingi, yang siap dimintai bantuan apabila kami menemui kesulitan. Saat mengecek formulir saya yang kebetulan sudah sampai pada lembar SPT tepatnya pada kolom harta petugas bertanya,
“Sampean punya harta apa yg atas nama sampeyan sendiri, rumah?”
“Nggak.. “ Jawab saya lempeng.
“Mobil?.. “
“Nggak..” 
“Motor???”
“Nggak.....!”
“Ya wes HPnya sampeyan itu sampeyan jadikan harta ae...!” 
"Huahahaaaaa" tiba2 suami terbahak dengan entengnya... T_T
"Nominalnya kira-kira berapa, ditulis ya" lanjut petugas..
Ih si ayah ketawanya jahat..Aku kan nggak punya harta yang disebut tadi karena nggak kamu beliin yah.. *nunduk sambil mainin ujung jilbab* kufur detected :D awas ya nanti kalo aku suruh harta sekalian hatimu diatasnamakan namaku baru tau rasa.. *eaaa... :D
Setelah formulir diisi dan dikembalikan ke petugas, saya berpikir loh bukannya perhiasan mestinya juga bisa dilaporkan sebagai harta milik istri? Ah sudahlah lupa mebawa berkah ini namanya, alhamdulillah nggak ke audit,, :D *halah-halah kaya punya perhiasan berapa ton saja, mas kawin doank kan :D
Bapak pegawai pajak yang dengan baik hati membantu
Insya allah NPWP bisa jadi dalam sehari dan prosesnya bisa ditunggu di tempat, tapi saya harus balik 2 kali karena kurang persyaratan, hiks.. Kalo statusnya istri tidak cukup hanya fotokopi KTP tetapi fotokopi KK (Kartu Keluarga) dan NPWP suami. Eh balik lagi kemarin sudah bawa lengkap ternyata NPWP suami tidak aktif karena selama beberapa tahun berturut-turut tidak lapor SPT, hihihi kali ini saya yang ngikikkena kamu yah :D Akhirnya kemarin suami istri yang mencoba menjadi orang bijak ini karena katanya orang bijak taat pajak, rempong semua dikantor pajak. Nah, salah satu keuntungan memanfaatkan memanfaatkan TPWP adalah  melapor keterlambatan SPT akan mendapat keringanan atau bahkan penghapusan sanksi keterlambatan bayar pajak :)
yeeeiii... punya NPWP
Yuk, manfaatkan program ini sebaik-baiknya, program ini akan ditutup pada akhir tahun yaitu 31 Desember 2015 kecuali jika memang ada perpanjangan. Kalo bisa meluangkan
waktu mengurus sekarang, kenapa harus menunda? Daripada repot nantinya, tuh saya bela-belain NPWP sambil  menggendong anak yang lagi bobo.. *duh pencitraan banget, sengaja banget minta difoto emang :D. Kita sukseskan ya, karena pajak juga merupakan sumber pembangunan negara, sssttt... ini baru pengauditan harta di dunia lho, jangan dilupakan di akhirat juga ada. Segera ke kantor pajak ya temans! 


Senin, 28 September 2015

Masa Kecilku Sering "bolos" Tidur Siang

Posted by Unknown on 09.41 with 11 comments
Ada "kenakalan" yang sering saya lakukan semasa kecil yaitu sering "bolos" jadwal tidur siang :D. Namanya anak kecil ya, yang dipikir cuma bermain saja *cari pembenaran, sebenarnya bukannya nggak capek dan butuh istirahat, tapi waktu tergeletak di kasur yang saya pikirkan adalah betapa asyiknya teman-teman saya bermain di luar sana, dan saya sangat ingin ikut bergabung dengan mereka. Saking kepengennya saya pernah beranjak dari kasur, dasar kebanyakan nonton TV, jadi ceritanya saya mencontoh adegan di TV, yaitu meletakkan guling seperti posisi orang tidur dan menutupinya dengan selimut, dalam hati saya berharap agar cara ini ampuh untuk mengelabui ibu saya ketika beliau membuka pintu kamar dan mengecek apakah saya sudah tidur atau belum, eh ternyata tetap ketahuan :D. Saya kaget waktu melihat ibu dari kejauhan menuju ke tempat bermain saya dengan teman-teman. Ternyata yang membuat ibu tahu saya sedang tidak tidur siang adalah ketika ibu akan keluar rumah karena suatu urusan, dan mendapati sandal saya tidak ada di dekat pintu, ibu langsung menuju kamar dan membuka selimut...teraaraa..! Tuh kan benar saya bolos tidur siang lagi *kena jewer :D.

Saya akui rasa penasaran dan keaktifan saya dimasa kecil memang terbilang luar biasa, tapi alhamdulillah seingat saya, tidak sampai membuat ibu kelewat khawatir dengan berbagai keunikan dan tingkah laku saya. Selain itu meskipun bisa dibilang kadang bandel, tetapi prestasi di sekolah saya tidak pernah mengecewakan *sibak poni :D. Tidak ada angka merah menghiasi rapor saya, sering masuk peringkat 3 besar, dan pernah lolos seleksi siswa kelas unggulan, beberapa kali ikut lomba cerdas cermat dan MTQ alhamdulillah tidak mengecewakan, ya sekalipun sekedar skala lomba desa dan kecamatan tetapi patut diapresiasi lah ya kenangan semacam itu, biar nggak mengenang yang jelek-jelek saja :D. Setiap masa memang mempunyai ceritanya masing-masing dan bisa saya katakan masa kecil saya menyenangkan. Kalau biasanya ada istilah “masa kecil kurang bahagia” ketika ada orang dewasa yang sedang menunjukkan perilaku seperti anak kecil atau masih senang bermain mainannya anak kecil, kalau saya tidak, justru sebaliknya masa kecil saya sangat bahagia sehingga kadang saya ingin mengulanginya kembali :p hihii nggak lagi ngeles lho ya ini..


Nah, yang di atas itu adalah dua foto saya ketika masih kecil dan sekarang. Baru sadar setelah menikah dan diboyong suami, saya sama sekali tidak membawa foto masa kecil, yang ada hanya foto ijazah TK, hiks! sekarang bisa lihat kan si kecil yang suka "bolos" tidur siang, tuh yang foto sebelah kiri, yang sebelah kanan adalah foto gedenya yang ternyata justru pelor alias nempel molor alias lagi doyan tidur, hahaha terserah mau dianggap bercanda atau serius :D Buat kamu yang punya kenangan masa kecil yang unik, menyenangkan, mengharukan, berkesan, dan lain-lain bisa kamu ceritakan dan ikursertakan di giveaway dibawah ini lho.. wish me luck ya ^_^

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Pena Cinta First Giveaway"


Jumat, 18 September 2015

#OOTDAlaAku:Pilih Yang Nyaman dan Sesuai Tuntunan

Posted by Unknown on 17.21 with 12 comments
“Ajining Rogo Soko Busono” sebagai orang jawa saya tidak asing dengan pepatah tersebut. Sebuah pepatah yang memiliki arti bahwa keberhargaan diri seseorang itu dinilai dari cara dia berpakaian. Ya, hal tersebut benar, karena terkadang kita melihat seseorang juga dari penampilannya, kalau cara berpakaiannya rapi kita menilai sebagai orang yang rapi, kalau casual berarti orangnya santai dan nggak suka ribet, dan sebagainya. Salah satu hal pentingnya memperhatikan cara berpakaian, adalah agar jangan sampai jadi saltum, alias salah kostum, wah nightmare banget kan kalau sampai kejadian! Apalagi bagi cewek, makanya nggak usah heran kalau cewek kadang ribet kalau soal fashion, mesti bolak-balik cobain baju bahkan setelah nyoba hampir selusin baju, eh ujung-ujungnya nyeletuk “duh, aku nggak punya baju neh..” padahal baju di lemari sudah overload, hihii.. nggak semua cewek seperti itu ya, nah hayo ngaku siapa yang seperti itu? :D

Apa saja yang jadi pertimbangan dalam memilih baju? Ada dua hal yang saya jadikan pertimbangan yaitu sesuai aturan agama dan kenyamanan. Sebagai seorang wanita muslim, islam mengatur cara berbusana wanita, yaitu harus menutupi aurat wanita, untuk itu sebisa mungkin saya berusaha berpakaian sesuai dengan tuntunan agama. Yang kedua bagi saya yang penting adalah kenyamanan, nyaman di badan, nyaman di pandang, nyaman dikantong, hehe...
Untuk kenyaman saya rasa itu soal selera masing-masing ya, kalau saya pribadi lebih menjatuhkan kenyamanan pada bahan dan model. Dalam keseharian maupun pada special occasion, saya sering menggunakan baju berbahan katun, kenapa memilih bahan katun? Karena tidak panas dan mudah menyerap keringat, koleksi baju saya banyak yang dari bahan katun. Selain itu bahan katun memiliki banyak jenis serta pilihan motif mulai dari yang polos hingga motif batik, bunga, binatang, abstrak, dan lain-lain. Untuk model baju, saya lebih suka yang model one piece berupa gamis atau maxi dress, karena praktis, satu baju yang bisa langsung menutupi seluruh tubuh, hemat waktu dalam memikirkan padu padan atasan dan bawahan tinggal pakai jilbab yang serasi.

mejeng dulu :D

Nah, salah satu ootd favorit saya seperti foto di atas. Foto itu diambil sekitar Bulan Agustus lalu, saat ada acara reuni akbar di kampus tercinta. Setelah acara selesai langsung mampir sebentar ke alun-alun Kota Malang yang baru saja direnovasi besar-besaran. Di foto itu saya memakai gamis, kemudian jilbab langsungan atau biasa disebut bergo, sepatu jenis flat shoes merek Bata, dan yang juga nggak boleh ketinggalan pouch yang berisi uang, beberapa kartu, dan smartphone, hehehe.. smartphone and money are two things that we cant life without, right? :D Gamis atau baju terusan, jilbab, pouch, flat shoes/flat sandal, memang sudah menjadi daily outfit favorit saya,mau sekedar ke abang-abang sayur, jalan-jalan, sampai menghadiri undangan di gedung yang termasyur sukanya pakai outfit tersebut. Nah, kalau outfit andalan kamu gimana? Jangan ragu untuk ceritakan dan mengikutsertakannya dalam giveaway dibawah ini ya.. ^_^

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway #OOTDAlaAku2015 bekerjasama dengan bajukoreawanita.com"




Jumat, 11 September 2015

Menggugah Selera Dengan Olahan Makanan Sisa

Posted by Unknown on 04.35 with 4 comments
Makanan sisa atau sisa makanan? Kayanya kesannya memang beda ya antara keduanya,hehe. Jujur, meskipun tak belum pandai memasak, tapi bagi ibu rumah tangga seperti saya, menghabiskan waktu di dapur dengan “khusyuk” tanpa ada gangguan yang berarti itu, merupakan salah satu “me time” yang menyenangkan. Btw, pernah galau nggak kalau melihat sayur masih sisa, tetapi mau memakannya kok selera makannya sudah turun? Seperti kejadian kemarin sore, saya galau lihat sayur sop yang masih tersisa, terpikir untuk membuat sesuatu entah apa. Akhirnya seperti biasa googling resep di internet, dari beberapa artikel yang saya baca, sisa sayur sop bisa diolah kembali menjadi bubur nasi (diambil kuahnya), campuran bakwan sayur, pizza mie, dan mie goreng. Hmm... resep-resep yang di google tidak ada yang bikin tertarik. *uh nggaya, sudah dibantu sok nolak-nolak :p. Tiba-tiba saya dapat ide untuk mengolah sayur sop sisa tersebut dengan roti tawar, kebetulan di rumah saya hampir setiap hari ada stok roti tawar, dan jadilah “roti tawar goreng isi ragout sop”. Untuk resep dan bahannya ada dibawah ini ya,

Bahan: 
  1. Sayur Sop 
  2. Tepung terigu 
  3. Roti tawar 
Cara membuat:
  1. Panaskan sop bersama kuah yang nyemek-nyemek (hihii bahasa indonesianya apa ya, kuah yang cukupan tidak terlalu banyak, dan tidak terlalu sedikit)
  2. Tambahkan sedikit tepung terigu, aduk-aduk hingga mengental dan matang dengan tekstur seperti ragout, angkat. Sambil menunggu adonan ragout agak dingin, buat adonan pencelup dengan resep terigu dicampur air dan ditambahkan sedikit garam. 
  3. Tata selembar roti tawar di piring 
  4. Olesi dengan ragour sayur sop
  5. Tutup dengan selembar roti tawar lagi 
  6. Tekan pelan asal menempel 
  7. Potong roti tawar pada 2 sisi diagonalnya, sehingga menjadi 4 roti berbentuk segitiga 
  8. Balut dengan adonan pencelup 
  9. Goreng hingga kecoklatan, angkat dan sajikan 
yummy..roti tawar goreng isi ragout sop is ready to be served :D

disukai tua, muda, serta balita :D
Nah, gimana caranya simple banget kan? Cukup dengan tiga bahan yaitu sayur sop, roti tawar, dan tepung terigu, kalau mau bisa dimodifikasi suka-suka, seperti misal bahan pencelupnya diganti telur kocok dan tepung panir. Cemilan ini cocok dinikmati di sore atau malam hari, dimakan selagi hangat dengan cocolan saus tomat, saus sambal, atau mayonaise semakin yummy..! jangan lupa tambahkan selada, timun, tomat, atau beberapa sayuran lain sebagai pelengkap gizinya. Insya allah, semua anggota keluarga akan menyukainya, semoga ya.. ^_^

menggugah-selera-dengan-olahan-makanan-sisa
menggugah-selera-dengan-olahan-makanan-sisa

Selasa, 08 September 2015

Ada Resep Soto Dalam Al-Qur'an?

Posted by Unknown on 02.16 with 11 comments
“kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa....” kalimat tersebut adalah penggalan Surat Al-Baqarah ayat ke-2, sebagai seorang muslim kita wajib mengimani Al-Qur’an sebagai kitab suci agama kita, Islam.  Al-Qur’an adalah kitab suci dimana pedoman-pedoman menjalani kehidupan tertuang disana baik yang tersirat maupun tersurat. Bukti bahwa seorang muslim beriman kepada Al-Qur’an adalah dengan mengakui, meyakini, dan mengamalkan ajaran di dalamnya serta menjadikannya sebagai pedoman hidup. Sebagai kitab suci, Al-Qur’an tidak hanya berisi tata cara beribadah, tetapi juga bermuamalah, sumber dari berbagai hukum, dan juga terdapat banyak kisah hikmah di dalamnya. Sebagaimana penggalan surat Al-Baqarah tadi bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang tidak ada keraguan di dalamnya, bahkan taukah sahabat, dalam Al-Qur’an juga ada resep membuat soto?. Tidak percaya? Begini ceritanya ;)

Saat kuliah dulu, setiap hari jum’at ada kajian di masjid besar kampus, saya sering menghadiri kajian tersebut. Pada waktu itu entah apa temanya saya lupa, tapi ustadz pengisi kajian tersebut adalah salah satu dari ustadz favorit saya. Setelah beberapa menit sang ustadz menyampaikan materi, sampailah beliau menerangkan tentang keutamaan Al-Qur’an, beliau mengatakan Al-Qur’an adalah kitab suci yang sangat lengkap sekali isinya, segala macam petunjuk dalam menjalani kehidupan ada disana, shalat, puasa, haji, zakat, berumah tangga, bertetangga, berpolitik, bersedekah, dan lain-lain, bahkan resep untuk membuat soto, sambel, donat, dan segala macam ada juga! Hah? Apa iya? Meskipun saya memang belum menghafal seluruh isi Al-Qur’an, tapi seingat saya, ketika beberapa kali saya membaca terjemahan Al-Qur’an, saya tidak menemukan resep-resep masakan disana :D. Saya tidak terheran-heran sendiri, beberapa jama’ah pun mempertanyakan kebenaran ucapan beliau, dan beliau mantap bahwa hal tersebut memang benar ada.

“Lho iya! Ada resep-resep masakan disana!” kata beliau mantap

“Nggak percaya? Coba buka surat An-Nahl ayat 43.” Beliau melanjutkan dan belum selesai sebagian dari kami membuka-buka mushaf, beliau membacakan ayat tersebut.

“.....dan bertanyalah kepada orang yang tahu, jika kamu tidak tahu...”

Grrrrrrrrrrr........sontak kajian dipenuhi oleh gemuruh tawa, termyata oh termyata.. kena dikerjain ustadz, nih :D

Benar juga apa yang disampaikan oleh ustadz, resep membuat masakan atau apapun ada pada yang tahu, maka jika kita belum tahu dan ingin mengetahuinya, maka cara kita adalah bertanya kepada yang tahu. Saat kita jadi tahu, kita mendapatkan ilmu, dan kita mengamalkannya, maka bisalah kita, insya allah. Pantas jika pepatah malu bertanya sesat di jalan. Kalau tidak mau bertanya kepada yang tahu, dan malah sok tahu, kita bisa tersesat.

Saya sedang merindukan cara dakwah seperti cara beliau menyampaikan, ringan, santai, terselip humor segar, serta mudah dipahami. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan barokah kepada beliau, Ustadz Abu Haidar, begitu kami biasa memanggilnya, aamiin.

sumber







Minggu, 06 September 2015

Hal-Hal Yang Sering Dibicarakan Oleh Perempuan Yang Telah Menikah Kepada Ibunya

Posted by Unknown on 03.16 with 4 comments
Aku dan ibu itu....... Bagaikan buah jatuh hanyut di kali :D fisik dan karakter :p. Hal yang membahagiakan lebaran tahun ini adalah, bisa 'stay' lebih lama di kampung halaman, thank a lot my hubbybie, jazakallah khoir :*

Anak tetaplah anak, berapapun usianya tetap membutuhkan sosok seorang ibu, udah nikah juga masih begitu.. Apa aja ya yang suka ditanyain, didiskusikan, dan digosipin seorang anak perempuan yang telah menikah pada ibunya? Hmmm.... Aq dan ibu termasuk cocok banget kalo ngobrol, apa aja kami obrolin, beberapa diantaranya adalah seperti hal-hal dibawah ini :

1. Hubungan Suami dan Istri
 Namanya pengantin baru (baru 3 tahun :3 ) ya masih seneng-senengnya ngadu eh curhat :p. Biar gimana pasangan itu kan makhluk asing yang sekalipun sudah kita kenal sebelum nikah tetap ada yang beda setelah nikah, rasa kikuk, nervous, bingung, marah, sebel, tapi kalo lagi mesra dan bahagia nggak di curhatin, maluuu hohoo.. (gimana sih mestinya yang diceritakan yang seneng-seneng ya biar nggak jadi pikiran, dasar childish! *upss) Ada kondisi dimana kadang curhatnya meluap-luap menceritakan sesuatu yg kurang enak, dr cerita panjang lebar itu biasanya ibu kasih tanggapan "kamu kualitas ibadahnya lg menurun ya? Dhuha rutin kan? Tahajud jalan to? Baca qur'an dan tadabbur sudah?" *lho.. lho...
"ih ibu neh apa sih, ini bukan masalah ibadah nggak ada hubungannya sama sekali..." *ngeles
 "iya sih tau, tapi orang kalo bagus kualitas ibadah, bagus jg kualitas dlm memecahkan masalah..." *jleb!!! *gagal ngeles.. Masih lanjut... "banyak-banyak dzikirullah ya, jangan diturutin emosinya biar hati tenang setan yang ngegodain juga pergi jauhh..."

2. Kehamilan dan Mengurus Anak
Hamil dan Mengurus anak itu sesuatu hal yang baru bagi perempuan yang telah menikah, jaman hamil sering juga ngobrol by phone dengan ibu, selain menanyakan beberapa hal tentu juga untuk memberikan kabar kepada ibu, apalagi bagi ibu juga adalah pengalaman pertama punya cucu, kasihan kalo dibikin mikir gimana keadaan anaknya yang sedang hamil disana.. Setelah melahirkan pun begitu tanya tentang beberapa cara mengurus bayi, stimulasi perkembangan bayi, solusi kalo bayi ada keluhan ini itu dsb, yah bukan gaptek dan nggak banyak baca atau jauh dari akses medis, tapi cerita dengan ibu itu memang sesuatu ya.. :) selain itu ya pengen kasih kabar aja tentang cucu pertama dan (masih) satu-satunya yang jauh di mato ini, suka nyeseg rasanya kalo dengar suara ibu "gimana kabarnya? Kok lama gag menghubungi? Ibu mau menghubungi duluan khawatir mengganggu, sibuk ya?" Hiks,,, ibu memang nggak pernah menelepon duluan, dengan alasan khawatir mengganggu, dan memilih menunggu kabar dr kami :(

3. Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga yg sering aku tanyakan ke ibu itu memasak, kalo pekerjaan rumah tangga yang lain2, aku merasa sudah pintar,, *baru 'merasa' aja sudah sombong ya.. :D biasanya kalo kangen rumah obatnya pengen makan masakan buatan ibu, jadi bumbu dan caranya ya harus tanya ke ybs, bukan google atau grup, biar sensasinya dapet, hohoo..selain itu lebih tanya-tanya soal manajemen waktunya, soal urusan rumah tangga yang rasanya nggak beres-beres apalagi ketika anak sudah hadir dalam pernikahan kami di tambah tinggalnya di IMI (istana mertua indah) gimana rasa sungkannya kalo ada belepotan dikit d lantai, perkakas berantakan, dsb.

 4. Tentang Cita-Cita
 Anak muda banyak galaunya ya... *situ aja kali. Hal yang juga sering aku tanyakan pada ibu adalah tetang karir, setelah menikah aku jadi almost-everyday-stay-at-home-mom, kadang dalam kesempatan ngobrol aku cerita tentang keinginan untuk bekerja diluar sana, cita-citaku, mimpiku, dan tantanganku untuk mencapainya. Selain itu, memang ada rasa sungkan juga pada ortu walaupun ortu nggak pernah nuntut aku harus begini dan begitu, setelah menikah maka kehidupanku benar-benar diserahkan sama aku sepenuhnya. Yang bikin nyes adalah ketika ibu bilang bahwa dari dulu pun doa ibu adalah anaknya pendidikannya lancar, ketemu jodoh yang sholih, dan bersama jodohnya membangun kehidupan yang baik. Kalo bicara tentang ini, ibu selalu memberi pandangan yang membuatku tenang, bahwa apakah aku serius ingin berkarir di luar saat ini, dan mendelegasikan anak pada orang lain tanpa pengawasan dari anggota keluarga sama sekali, tentang lingkungan tempat aku tinggal yang jauh dari keluarga baik keluargaku maupun suami, dan tetangga yang berjauhan secara fisik dan psikologis, dan terlebih serta yg utama adalah kondisi si anak sendiri memungkinkan kah untuk sekarang di tinggal oleh ibunya dalam waktu yang tidak sebentar? Dan biasanya aku respon iya ya bu, insya allah nanti ada waktunya kalo anak sudah besar, dan ibu dengan enteng menimpali, iya kalo adeknya lahir gimana? *eh eh ibu neh? :D dan diakhir obrolan ibu selalu menyarankan "sabar......." tidak perlu terlalu berambisi terhadap sesuatu yang bukan hak dan kewajibanku, lagian karir kan nggak harus ngantor, nggak harus pegawai, mencari maisyah dari rumah bisa dipertimbangkan dan coba dicari ilmunya.. Banyak-banyak doa dicukupkan rejeki, insya allah semua sudah dijamin sama  Allah.. Dan juga jangan boros jadi istri yang qanaah... Satu hal yang aku ingat dari ibu, untuk urusan dunia ibu memang tidak pernah berkata pada bapak "kapan kita begini pak, kapan begitu, kapan seperti si ini, kapan seperti si itu, kapan punya ini, kapan punya itu" :) hohoo kalo ingat satu hal itu malunya minta ampun, karena masih blom bisa meniru ibu. Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan ibu juga sekarang punya kerja (yang menghasilkan uang) serabutan eh sampingan eh lebih keren lagi dong ah di posting di blog kok, side job :D

5. Hubungan Mertua dan Menantu
Sebagai orang yang (insya allah selamanya) tinggal bersama mertua, ini juga bab yang tidak jarang aku obrolin sama ibu, tentang gimana komunikasi yang baik, nyenengin hati mertua, atau bahkan jika ada kesalahpahaman dengan mertua yang tinggal satu-satunya bagiku (bo'ong banget kalo aku bilang hubungan dengan mertua kaya jalan tol, yang nyatanya tol pun sekarag tak mulus :p ) pengalaman hidup ibu banyak menginspirasi dan ku jadikan PR besar buatku... Ibu memang tidak pernah seatap dengan mertua tapi setelah bapak sudah tidak bertugas didaerah rantau yang kini menjadi negara sendiri, kami sekeluarga diboyong ke kampung halaman bapak dan ibu (bapak dan ibu satu desa), dan diminta oleh kakek dan nenek untuk membangun rumah disebagian lahan mereka, praktis kami tinggal berdekatan dengan kakek dan nenek dari pihak bapak, sekelebatan memori tentang bagaimana hubungan mertua menantu memang masih ku ingat sedikit.. Ibu pun bercerita kalo dulu awal-awal banyak berselisih dengan nenek (kenapa sih kebanyakan kok yang berselisih mertua cewek dengan menantu cewek?? Apa emang rasa dalam menyambut menantu cewek sama cowok itu beda yak? *Ah situ gebyah uyah deh :p )  biasanya sih berselisih tentang cara ibu ngurus rumah tangga dan tentang kebiasaan (adat istiadat).. Ya gimana ya, setiap rumah tangga punya cara sendiri kan ya, ibu memang tidak suka ngadain acara selametan ala-ala... ala-ala apa ya takut salah omong :D dan nenek paling nggak suka dengan sikap ibu itu, bagi nenek ibu nggak umum nggak ikutin aturan (adat) yang ada dan bagi ibu, ibu punya alasan kuat (prinsip) kenapa tidak melakukan hal tsb, tapi nggak perlu berpikir ibuku ikut aliran sesat ya, eh emang sesat ding! :D, jangankan gabung komunitas mengaji, jilbaban aja belom waktu itu, jadi ya logisnya ajaran agama aja masih ditolak, apalagi ajaran adat istiada yang hanya berdasarkan. Kesinisan mertua, gunjingan tetangga jangan ditanya, ibu lempeng saja karena merasa tidak makan dan bernafas dari mereka, tetapi tetap salam, senyum, sapa, santai,,,sama mereka yang menyelisihi (satu hal yg blom bisa aku contoh juga) kata ibu cara menghadapinya ya sabar aja, sampaikan dengan baik maksud kenapa kita begini dan begitu, kalo mertua terima dengan terbuka alhamdulillah, andaipun nggak ya sudah, kita boleh kok punya prinsip dan mempertahankan prinsip kita karena hidup kan memang hidup kita, kita tau alasannya, kita tau kebenarannya... Dan ingat yang terpenting -Jangan Dendam!- *uhuk!, maafkan tanpa harus menunggu dimintai maaf! jangan diambil hati dan lupakan, karena percuma saja kita mau mengubah keadaan kalo masih ada dendam pada seseorang/sesuatu, iya nggak?! hmm.. Biar gimanapun, itu orang tua pasangan kita, yang dengan sadar ketika kita menerima anaknya sebagai pasangan, kita bersedia pula menerima keluarganya, jangan berlebihan menyimpan amarah, yang lalu biar berlalu, tidak perlu disimpan, ditumpuk-tumpuk... Dan jangan memberi kesan seolah-olah kita telah "merebut" anak lelakinya... Ibu memang orang yang tulus, pemaaf, dan nggak dendam itu kali ya yang bikin di usia beliau yang hampir setengah abad, orang ngiranya anaknya masih SD.. Saat beberapa pekan nenek dari pihak bapak a.k.a mertua ibu berpulang ke rahmatullah, banyak para tetangga yang bilang kalo dulu nenek sering menggunjing kejelekan ibu (yah kejelekan yang dimaksud adalah apapun yang dilakulan ibu yang tidak disukai nenek) tetapi ketika mendekati akhir usia nenek, beliau berbalik selalu menceritakan betapa baik dan tulusnya ibu,, semoga hubunganku dengan bumer bisa 'khusnul khotimah' seperti ibu, dan kata ibu Terlebih penting lagi, sertakan pasangan juga, ajak pasangan berdiskusi, yang bisa jadi mediator hubungan mertua dan menantu ya pasangan kita alias anak dari mertua kita sendiri,, Lebih baik ya memang tinggal sama anak dan pasangan aja, tapi kan harus tau diri juga bahwa bumer itu sebatang kara, anaknya pada jauh-jauh..yang diharapkan bisa menemani ya aku dengan suami... Hiks iya juga ya mencoba menempatkan posisi sebagai bumer kok ya nelangsa..   Ya.. Ya.. Nothing beats the feeling of being home but life must goes on...sekarang semakin paham deh kenapa Allah kasih aturan perempuan yang sudah menikah itu baktinya adalah kepada suaminya, mungkin salah satunya ya karena ini kalo sudah nempel di ketiaknya si emak susah lepas :D semoga pulang kampung kali ini bisa membawa semangat baru dalam menjalani hidup.. Aamiin.

Hal-Hal Yang Sering Dibicarakan Oleh Perempuan Yang Telah Menikah Kepada Ibunya
perempuan tiga generasi; ibu, aku, dan anakku nisa ^_^

Senin, 10 Agustus 2015

Merdeka adalah... Bangga Menjadi Diri Sendiri!

Posted by Unknown on 04.00 with 8 comments
Masya allah... Tidak terasa tahun 2015 sudah memasuki bulan ke-7 yaitu Bulan Agustus, seperti baru kemarin rasanya ganti kalender tahunan di dinding. Bulan Agustus adalah bulan bersejarah bagi bangsa kita tercinta, Indonesia. Tentu sudah pada tahu alasannya :) karena di bulan ini tepat pada tanggal 17, tahun 1945 bangsa kita merdeka secara de facto dan de yuro. Hmm... Jujur saya suka sedih kalau ada yang bilang kita ini belum merdeka karena masih begini begitu, bla..bla..bla.. Padahal kita tahu ya orang bijak mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, tentu juga jasa mereka dalam berjuang agar negara kita yang gemah ripah loh jinawi ini merdeka. 

Mungkin yang tepat adalah kita masih belum bisa mengisi kemerdekaan dengan baik, karena tugas kita sebagai generasi penerus adalah bagaimana mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Masih suka buang sampah sembarangan? Menyerobot antrian? Suka nggak on time alias molor dari jadwal? Masih banyak ngeluh ketimbang action? Malu atau nggak pede dengan budaya dan produk dalam negeri sendiri? Hiks, kalo iya sepertinya kita masih belum bisa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Memang, tidak ada yang sempurna di dunia ini, sebagai manusia tentu ada kekurangan dalam diri kita masing-masing, namun itu bukan alasan untuk tidak memperbaiki diri menjadi lebih baik. Merdeka memang berarti bebas, namun bukan berarti bebas yang “suka-suka gue” tetapi bebas yang bertanggung jawab. Sebagaimana negara Indonesia ketika merdeka, yang berarti negara kita telah bebas dari penjajahan dan bebas untuk mengendalikan kemudi pemerintahan tanpa tekanan dari pihak luar, namun ada tanggung jawab dibalik kemerdekaan (kebebasan) tersebut yaitu bagaimana mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan dengan baik. Siapa yang wajib mengisi kemerdekaan? Siapapun! Semua warga Negara Indonesia tanpa kecuali, termasuk diri kita, muslimah! ;) Bagaimana muslimah memaknai sebuah kemerdekaan, berikut ini beberapa hal yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan versi saya. 

Mencintai diri sendiri
Sebagai muslimah, harus mencintai diri sendiri, hihii perempuan banget ya kalau kadang kita suka membanding-bandingkan diri, entah fisik, status sosial, prestasi, dan lain-lain, tidak masalah jika dari hal tersebut membuat kita termotivasi, hanya saja jika hal tersebut justru membuat kita banyak mengeluh, kufur nikmat, dan malah menganggap Allah tidak adil, bahaya banget tuh. Na’udzubillah... padahal Allah sudah berfirman bahwa “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin: 5). Segala yang ada pada diri kita adalah anugerah yang telah Allah berikan. Allah ciptakan sempurna dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sudah selayaknya kita mensyukuri anugerah tersebut dengan mencintai dan memberdayakannya dalam kebaikan. 

Mencintai pilihan diri
Di zaman yang dikenal dengan zaman emansipasi ini, sebagai perempuan yang hidup di Indonesia kita memiliki kebebasan untuk memilih apa yang diinginkannya, baik dalam bidang karir, pendidikan, bahkan gaya hidup. Namun ingat, sebagai muslimah kita diberi kebebasan yang harus bisa kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak. Muslimah yang baik, tidak mudah galau hanya karena takut pilihan hidupnya dianggap kuno, ketinggalan jaman atau bahasa kekiniannya nggak kekinian (eh kalimat apa pula ini? :D). Percuma kita diberi kesempatan hidup di negara dimana kita bebas memilih pilihan hidup tapi kita justru lebih sibuk terhadap apa kata orang, memilih sesuatu hanya berdasarkan pandangan orang yang mana terkadang itu bukan kata hati kita, terlalu sibuk mengenali pandangan orang lain bisa bikin kita jauh dari mengenali diri kita sendiri lho ;) Muslimah yang merdeka akan mencintai pilihannya apapun penilaian orang as long as ia yakin bahwa yang menjadi pilihannya adalah apa yang juga dicintai oleh Allah, tidak melenceng dari nilai-nilai syariat. 

Memerdekakan diri dari kemudharatan 
Disadari atau tidak, kadang sebagian dari kita masih suka melakukan hal-hal yang mudharat, suka menggunjing, boros, suka menunda-nunda pekerjaan dan waktu ibadah, serta mungkin masih banyak lagi. Kemudharatan terkadang melenakan, karena meskipun ia tidak mendatangkan manfaat tetapi melakukannya terasa nikmat. Untuk itu kita perlu waspada agar jangan sampai diri kita terbiasa melakukan hal-hal yang mudharat, karena hal tersebut bisa membuat kita menjauh dari hal-hal yang bermanfaat dan menyesal kemudian. Nah, yuk kita mulai menjadi pribadi yang merdeka, yang bangga menjadi diri sendiri dengan identitas sebagai muslimah, dengan menjadi muslimah yang baik kita sudah berkontribusi dalam pembangunan negara kita lho, terlebih kita akan semakin dicintai oleh Rabb kita Allah SWT. Insya allah, aamiin..


#bloggermuslimah
#gerakanmenujusholehah

sumber







Selasa, 04 Agustus 2015

Sudahkah Kita Memuliakan Orang Tua Kita?

Posted by Unknown on 02.33 with 2 comments
Hmm... Lagi jadi trending topic neh kayaknya tentang bagaimana seharusnya seorang anak memperlakukan orang tua. Beberapa hari ini saya melihat ada banyak orang yang membagikan kumpulan meme berjudul “orang tua sebagai...vs orang tua sepatutnya”. Mengapa saya katakan jadi trending topic? karena postingan tersebut di share lebih dari 20.000 kali, entah yang meng-share tersebut setuju atau tidak dengan postingan itu saya tidak mencari tahu sampai sejauh itu, hehe.. yang jelas dari kumpulan meme tersebut saya menangkap yang paling kena adalah orang yang nitipin anaknya ke orang tuanya

Saya pribadi tidak bermaksud menghakimi sih, soalnya memang bukan hakim, hakim paling adil itu kan Allah, manusia hanya “pemain” dan tidak ada namanya dalam sebuah kompetisi pemain merangkap menjadi hakim permainan, karena kalo ada akan cenderung memenangkan diri sendiri, nggak fair jadinya ;)

Hanya saja, saya jadi teringat pada sebuah acara ceramah di TV yang dipandu oleh penceramah kondang Mamah Dedeh, waktu itu beliau bilang nitipin anak ke orang tua, yang mana si anak juga harus di urus oleh orang tua segala tetek bengeknya adalah bentuk kedzaliman anak terhadap orang tua (beliau juga menyebutkan sebuah ayat untuk mempertegas statement beliau tersebut). Kemudian ada seorang ibu di bangku penonton bertanya, “Mah, kalo yang mau orang tuanya sendiri gimana? Kalo orang tuanya seneng-seneng aja, nggak keberatan gimana?” terus Mamah Dedeh menjawab, “Bu, itu perintah Allah ya, kalo mau protes atau banyak nanyak, langsung ke Allah saja yang bikin aturan” hihii...kita yang sudah pernah beberapa kali melihat beliau tampil, pasti tahu ya bagaimana gaya ceramah beliau ^_^

Tidak bisa dipungkiri memang, bahwa terkadang pihak si nenek-kakek lah yang meminta atau bahkan “memaksa” sendiri untuk merawat si cucu, entah karena ingin anaknya menjadi anak yang membanggakan dengan karirnya, merasa kesepian, atau hal lain (meskipun mereka juga ada yang mengeluh bagaimana repot dan capeknya mengurus anak). Tanpa sadar, bahwa usia semakin menua dan bekal hidup di alam yang kekal harus segera dipersiapkan, dan membiarkan anak mereka untuk hidup mandiri dengan bagaimana mengatur rumah tangganya sendiri.

Namun kita juga harus adil untuk tidak menutup mata, bahwa di luar sana ada orang tua yang sangat mengharapkan anak mereka bekerja, bukan buat bangga-banggaan, tetapi karena mereka bergantung secara materi kepada anak mereka. Tidak semua orang memiliki orang tua yang tenang menjalani masa tua karena sudah terjamin dengan dana pensiunan, usaha yang mapan, fisik dan pikiran yang masih sehat, bukan? Jika orang tua atau anak adalah seorang single fighter dengan kehidupan yang jauh dari cukup bagaimana mungkin mereka tidak berjuang untuk hidup dengan bekerja, ingat, kita tinggal di negara yang mana seorang janda tidak ditanggung oleh negara bukan? Cmiiw.

Tidak menitipkan anak pada orang tua, bukan berati kita sudah menjadi anak yang baik kepada orang tua, sudah sempurna bakti kita kepada mereka, coba kita intropeksi diri pada hal-hal yang lain..
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi sering berkata kasar pada orang tua :(
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi jarang berkomunikasi, menyambung silaturrahim, memberi kabar pada orang tua :(
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi  ketika ada kelebihan rejeki tidak ingat untuk berbagi pada orang tua :(
Tidak menitipkan anak pada orang tua, tapi alpa menyebut nama mereka dalam doa :(


Sesungguhnya, ada begitu banyak bakti kepada orang tua yang harus kita tunaikan. Pun ketika telah kita lakukan rasanya tidak akan pernah cukup untuk membalas segala hal yang telah mereka lakukan kepada kita. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Sangat adil jika semua kita kembalikan kepada masing-masing yang menjalani. Semoga mereka yang saat ini menitipkan anaknya kepada orang tua, adalah benar-benar karena darurat dan dengan alasan yang diperbolehkan syariat, bukan karena keenakan, tetap memperhatikan “me time” orang tua, kesehatan, serta waktu mereka bermunajat kepada Allah, jika perlu bisa dicarikan asisten yang meringankan pekerjaannya, mengingat usia mereka sudah menyenja, kekuatan fisik semakin berkurang, semoga Allah memuliakan orang tua kita. Semangat birrul walidain ^_^



sumber

Kamis, 02 Juli 2015

Resolusi Lebaranku: Sederhana dan Bermakna di Hari Nan Suci

Posted by Unknown on 20.32 with No comments
Bulan Ramadan telah memasuki setengah perjalanan, sungguh tidak terasa hari kemenangan sudah di depan mata. Berbicara tentang hari kemenangan yang sering kita sebut sebagai istilah lain dari Hari Raya Idul Fitri, tidak lepas dari berbagai macam tradisi di dalamnya yang sudah lama kita jalani. Tradisi yang sering saya temui di lingkungan sekitar saya biasanya adalah seputar silaturrahim, mudik, dan bagi-bagi angpao.

Kegiatan Silaturrahim tidak jauh-jauh dari berkunjung ke rumah tetangga, saudara, sahabat, dan rekan kerja serta handai taulan lainnya. Bersilaturrahim adalah tradisi yang sangat umum yang dapat dipastikan dilakukan oleh semua orang muslim ketika lebaran. Lebaran memang moment yang sangat tepat untuk menyambung dan mempererat kembali hubungan yang sempat renggang dikarenakan oleh rutinitas masing-masing. Silaturrahim bagi saya bukan hanya mendekatkan fisik, terlebih juga hati. Tidak heran jika saat lebaran kita juga saling bermaaf-maafan untuk kesalahan yang telah kita lakukan dimasa lalu baik yang disengaja maupun tidak.

Tradisi lain yang dilakukan bagi sebagian orang termasuk saya adalah mudik, kebetulan saya dan suami adalah pasangan yang berasal dari kota yang berbeda. Karena jarak dari rumah orang tua yang panjang dan memakan waktu yang cukup lama, kami tidak bisa sering-sering berkunjung kesana, alasannya capek kalau harus sering-sering, belum lagi tidak bisa menginap lama, dan pertimbangan efisiensi dana tentunya, hehehe. Sehingga, lebaran adalah waktu yang tidak pernah kami lewatkan untuk mudik ke kampung halaman.

Last but not least, yang paling ditunggu-tunggu yaitu bagi-bagi angpao alias salam tempel. Angpao identik dengan anak-anak, tetapi dalam tradisi keluarga saya bagi-bagi angpao tidak hanya bagi anak kecil bahkan orang dewasa seusia saya kadang masih kecipratan yang namanya angpao. Angpao memang bukan sesuatu yang wajib, tidak perlu dipaksakan apabila memang tidak mampu, memaksakan diri hanya akan menjauhkan kita dari esensi makna Idul Fitri sendiri bukan? Sudah mampu menunaikan kewajiban membayar zakat fitrah tentu sudah sangat bersyukur sekali. Tetapi jika kita memiliki kelebihan rejeki tidak ada salahnya memberikan angpao kepada sanak keluarga, terlebih keponakan-keponakan yang pasti sudah pada harap-harap cemas nih, kalau tidak waktu lebaran kapan lagi dapat angpao, hihii.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat lebaran kebutuhan jadi meningkat, sehingga anggaran pun otomatis ikut meningkat. Contohnya, untuk dapat menjalani tradisi lebaran seperti yang saya sebutkan di atas tentu tidaklah gratis. Pada saat moment silaturrahim, kita butuh memberi suguhan berupa camilan, atau bahkan makanan berat seperti beberapa orang yang menghindangkan makanan khas lebaran yaitu ketupat. Tidak lain tujuannya adalah untuk menjamu tamu yang datang, agar mereka merasa nyaman dan tidak kering kerongkongan pada saat mengobrol panjang. Selain itu, sebagian kita mungkin juga butuh anggaran lebih pada saat lebaran untuk membeli pakaian baru, yang dipakai saat akan bersilaturrahim. Untuk mudik pun demikian, agar suasana mudik nyaman, kita harus memastikan kendaraan yang kita naiki dalam kondisi yang baik, entah kendaraan pribadi maupun umum, sehingga tidak heran ya kalau harus siap anggaran khusus untuk perawatan di bengkel ataupun untuk kenaikan tarif kendaraan umum. Apalagi untuk bagi-bagi angpao, bagi yang melakukannya tentu harus siap-siap dana ekstra dan rinci, jangan sampai ada yang kelewat dan tidak kebagian, nanti bisa-bisa iri, duh tidak enak kan ya di hari yang suci ada penyakit hati.

sumber


Lebaran memang membutuhkan dana yang lebih, namun bukan berarti harus berlebihan dan memaksakan diri, cukup lakukan semampu kita dan sepantas yang kita bisa. Tidak perlu menjadikan orang lain sebagai tolok ukur, kita tidak ingin bukan, selepas hari raya kemenangan yang kita dapati justru adalah kekalahan? Kekalahan akibat tidak dapat mengendalikan hawa nafsu sehingga terlalu banyak belanja ini dan itu, yang berujung tekor alias merugi. Bagi saya salah satu “penyelamat” untuk menyambut lebaran adalah tabungan.   Seperti yang kita tahu salah satu fungsi tabungan adalah untuk persiapan atau jaga-jaga apabila suatu saat kita memerlukan anggaran lebih. Tabungan ini sangat cocok dimanfaatkan pada saat lebaran. Untuk itu, sejak beberapa bulan yang lalu saya berusaha konsisten menabung dengan tujuan untuk persiapan lebaran. Resolusi saya adalah saya ingin Idul Fitri saya lebih bermakna dan berjalan dengan sederhana, sehingga tabungan saya akan saya gunakan dengan sebaik-baiknya bukan sepuas-puasnya :). Berbicara soal tabungan itu gampang-gampang susah menurut saya, apalagi terkadang niat naik-turun, dan godaannya banyak. Beruntung sekarang ada cermati.com, start-up yang bergerak dibidang teknologi finansial. Dengan cermati, saya bisa mendapatkan informasi mengenai jenis tabungan mana yang cocok bagi saya, dan juga perbandingan dari bank yang satu ke bank yang lainnya. Apalagi cermati tidak hanya memberikan informasi seputar produk finansial, tetapi juga tips-tips seputar pengelolaan finansial dan artikel menarik lainnya, sepertinya saya juga harus mengintip produk tabungan anak juga nih, ya daripada uang angpao anak berakhir di domper mamanya, hehehe. Yuk, mumpung masih ada waktu persiapkan dana lebaran dengan cermat, agar lebaran semakin terasa nikmat. 

sumber

Saling Menguatkan dan Berbagi dalam Komunitas Blogger Muslimah

Posted by Unknown on 00.43 with 18 comments
Pada zaman teknologi yang serba canggih ini tidak sulit rasanya bagi kita untuk menemukan komunitas yang kita inginkan. Berbagai macam komunitas bisa kita temui baik komunitas di dunia nyata maupun di dunia maya.  Namun demikian, sudah seharusnya kita pandai dan bijak memilih komunitas yang mendatangkan manfaat bagi diri.

Beberapa waktu yang lalu saya baru saja berkenalan dengan salah satu komunitas blogger yang membuat saya langsung jatuh cinta dan betah disana. Namanya blogger muslimah dot com, membaca nama komunitasnya saja sudah membuat saya merasa wow, that’s what I long for. Alhamdulillah, thank Allah finally I found home! J. Ini adalah Komunitas blogger yang khusus beranggotakan muslimah dengan motto “gerakan menuju sholehah”. Membaca nama dan mottonya membuat saya kesengsem, dalam pikiran saya menyimpulkan bahwa ini adalah komunitas dimana kita tidak hanya belajar tentang kepenulisan tapi terlebih lagi belajar untuk memperbaiki diri, masya allah... double ilmunya, double manfaatnya, insya allah..

tagline blogger muslimah dot com
Selayang Pandang Blogger Muslimah dot com
Komunitas blogger muslimah ini adalah komunitas yang didirikan oleh mbak Novia Syahidah Rais sekitar akhir tahun 2014. Di usianya yang masih belia,  blogger muslimah sudah memiliki kurang lebih 306 anggota. Selain dalam bentuk komunitas di facebook yaitu Blogger Muslimah dot com, kita juga bisa menjumpai dan berkunjung pada situs resminya di www.bloggermuslimah.com. Tampilannya menarik dan disana kita tidak sekedar bisa membaca artikelnya, tetapi juga diberi kesempatan untuk ikut berkontribusi dengan menjadi kontributor dengan cara meng-create akun pribadi di situs bloggermuslimah.com.. so wow, right?

Doa dan Harapan
Harapan saya blogger muslimah bisa menjadi ajang silaturrahim, ajang berbagi, dan saling menasihati. Seperti yang disampaikan dalam surat Al-Ashr ayat 1-3 bahwasanya sesungguhnya manusia berada dalam keadaan kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran serta kesabaran. Menjadi sarana untuk menimba sebanyak-banyak dan sebaik-baiknya ilmu, sebagaimana yang telah menjadi tuntunan untuk mencari ilmu dulu baru beramal, dan nantinya hal tersebut akan menjadikan diri kita sebagai muslimah yang lebih baik lagi di dunia dan di akhirat, di mata manusia dan terlebih di hadapan Allah S.W.T sesuai dengan apa yang menjadi tujuan blogger muslimah itu sendiri dalam tagline-nya “gerakan menuju sholihah”. So, what are you waiting for ukhty? Let’s join us and be a better muslimah.

Logo Blogger Muslimah dot Com




Senin, 29 Juni 2015

LGBT: Benci Perilakunya Bukan Orangnya?

Posted by Unknown on 19.13 with 3 comments
Dulu waktu masih jadi jomblo selama 23 tahun, saya adalah orang yang sering menanggapi sesuatu dengan lempeng. Ada fenomena apa ya cuek saja, biarlah orang dengan pilihannya, suka-suka mereka, saya tidak peduli, saya tidak menanggung akibat dari perbuatan mereka, terlebih sepertinya saya “sombong” merasa bahwa apapun pilihan orang lain itu tidak akan mempengaruhi pilihan dan kehidupan saya. Ya, bagi saya ketidakpedulian itu adalah bentuk kepedulian yang paling baik, bagaimana tidak? dengan tidak peduli kita kan seperti memberi kebebasan kepada orang lain untuk menjalani pilihan hidupnya, sebagaimana saya juga ingin bebas menjalani kehidupan saya. This is me, young and free!

Setelah menjadi Ibu sebagian besar cara pandang saya berubah *lirik haru anak*. Ketidakpedulian dan kesombongan dimasa muda saya itu seperti tidak relevan untuk saya terapkan pada keluarga saya, saya sadar saya keliru dengan sikap apatis saya dulu itu. Kini, saya telah memiliki amanah terbesar yang pernah saya terima dalam hidup yaitu seorang anak, seorang anak yang akan tumbuh dewasa dengan harapan menjadi generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Namun, saya sadar saya berada pada zaman yang berbeda dengan zaman saya kecil dulu. Beberapa fenomena yang terjadi saat ini membuat saya mengernyitkan dahi. Contohnya kaum LGBT dibelahan dunia lain yang sedang merayakan legalitas yang baru saja mereka dapatkan, bertambah lagi satu negara yang melegalkan LGBT dan negara itu adalah negara adi daya, negara super power (you know what). LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) as we know adalah sebuah perilaku seksual yang menyimpang, note menyimpang!

Entah akan dicap apa saya, pobhia mamarika, sok berteori konspirasi atau apalah-apalah. Yang jelas kita tahu bahwa dalam suatu komunitas itu, tidak akan berhenti dalam jumlah tertentu, sebuah komunitas akan memperluas jangkauan untuk mendapatkan member yang lebih banyak lagi dan lebih luas lagi, tidak hanya dari satu daerah. Mereka akan mencari dan terus mencari anggota yang senasib dan akan memperkuat diri, bisa dilihat dengan semakin bertambahnya negara yang melegalkan LGBT. Kurang lebih seperti itu bukan karakteristik sebuah komunitas? Sehingga, bukan hal yang tidak mungkin wabah LGBT akan sampai di negara kita, para pelaku tidak malu-malu lagi karena mereka sekarang memiliki legalitas (membayangkannya saja ngeri, naudzubillahi min dzalik..)

Mengenai teman-teman yang dengan tegas meremove dan memblokir pertemanan orang-orang yang memasang simbol pelangi pada foto profil mereka, saya rasa sah-sah saja. Saya justru heran, ketika ada yang nyinyir mengatakan “gitu aja sudah mendapat reaksi nggak enak, dianggap begini begitu, dikatain ini itu” padahal sudah jelas simbol pelangi khususnya di FB memang sengaja dibuat dalam rangka merayakan legalisasi kebebasan LGBT, wajar jika ada yan terkejut ketika ada yang memasang simbol itu dan menanyakan apa maksudnya, jika memang menolak LGBT kenapa harus memasang, jika memang mendukung apa maksudnya?

Ada yang bilang bahwa  LGBT itu hanyalah cara mereka agar diakui eksistensinya, oh ya? Diakui eksistensinya atau perilakunya? We do know they are exist kok, ada juga yang bilang semestinya kita iba pada mereka dan merangkul. Saya setuju bahwa kita harus merangkul dan membantu mencari solusi agar mereka bisa kembali ke jalan yang benar, tapi tentu saja mereka yang ingin sembuh dari penyakitnya itu atau mereka yang mau diajak untuk sembuh, bukan yang menolak untuk disembuhkan merasa itu hak mereka bahkan hak mereka juga untuk menularkan “virus” tersebut pada orang lain. Naudzubillah.. So,sorry to say, bagi saya mereka yang menuntut perkawinan LGBT legal adalah mereka yang bebal. Lihat saja, tuntutan yang mereka ajukan agar apa yang mereka lakukan dilegalkan, berarti mereka memang ingin hidup dengan perilaku menyimpangnya itu dan tidak ingin “diganggu”.. Bukankah orang bijak adalah orang yang sadar bahwa dalam hidup ini kita bebas memilih pilihan, tetapi tidak bebas memilih konsekuensinya. Lucu, ketika nanti mereka memilih untuk hidup dengan perkawinan homoseksual tetapi mereka menginginkan memiliki anak, sedangkan anak hanya bisa didapat dengan perkawinan heteroseksual. Mereka sudah memilih untuk “stay” dengan perilakunya itu tetapi mereka tidak mau menerima konsekuensinya, dan minta diakui serta simpati dunia? Makhluk macam apa mereka ini? Hiks, Allah please keep my mouth from saying something bad.

Pada akhirnya kita benar-benar harus menyadari bahwa kita berada di akhir zaman, zaman dimana fitnah (ujian) dunia begitu merebak. Semoga tulisan ini sebagai pengingat diri untuk semakin memegang buhul yang kokoh, memperbanyak doa, memperkuat aqidah dan ilmu, semoga Allah membentengi diri dan keluarga kita dari fitnah dunia.  Aamiin.

Rabu, 24 Juni 2015

Hal Berlebihan Yang Sering Dilakukan Saat Ramadan

Posted by Unknown on 06.51 with No comments
Sebagaimana yang kita ketahui bersama hakikat puasa Ramadan adalah menahan diri dari hawa nafsu. Bulan Ramadan juga merupakan bulan penuh berkah dan ampunan, untuk itu sudah selayaknya sebagai muslim, Ramadan dimanfaatkan untuk memperbanyak ibadah dan meminta ampun kepada Allah SWT. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi sering kali saya menemukan ironi dalam mengisi amalan-amalan selama bulan Ramadan. Saat diri diajak untuk menahan hawa nafsu, yang ada malah bukan sekedar tidak bisa menahan tetapi juga terkadang berlebihan. Tiga hal yang sering dilakukan secara berlebihan. Jadinya, Ramadan serasa jauh dari hakikatnya, astaghfirullah... Hal berlebihan tersebut diantaranya :  

1. Berlebihan makan
Salah satu amalan yang wajib dilakukan selama Ramadan adalah berpuasa menahan diri dari makan dan minum mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selama itu kita menahan rasa lapar dan haus hingga tiba waktu berbuka. Terkadang pada saat berbuka itulah tanpa sadar saya berlebihan dalam makan, karena merasa lapar jadi perut dihajar dengan diisi makan yang penuh, bukan sekedar kenyang malah kadang kekenyangan. Hiks, padahal hal tersebut tidak tepat untuk dilakukan ya, meskipun kita telah menahan lapar selama sehari, bukan berarti pada saat makan berbuka bisa makan sesuka hati. Yang ada tubuh terutama sistem pencernaan akan kaget, sehingga dampaknya menjadi tidak baik bagi tubuh. Menurut anjuran Rosulullah pada saat berbuka dimulai dari yang ringan yang mudah dicerna, dimulai dari kudapan yang manis, secukupnya saja, sesudah itu setelah jeda beberapa menit baru boleh dilanjutkan dengan makanan berat. Efek dari berlebihan makan juga nggak enak, karena perut kekenyangan badan jadi terasa berat untuk digerakkan dan merasa ngantuk, sehingga untuk melakukan amalan selanjutnya seperti sholat tarawih dan membaca Al-Qur’an terasa berat dan malas-malasan :(. Menurut beberapa pakar untuk menyiasati puasa agar dalam kondisi fit bukanlah pada kuantitas makanan tetapi kualitasnya, bukan pada seberapa banyak kita makan, tetapi apakah yang kita makan itu sudah memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh kita.  

2. Berlebihan tidur
Salah satu yang dirasakan selama Ramadan adalah rasa lemas, dan berkurangnya tenaga. Sehingga tubuh terasa berat melakukan  aktivitas, dan inginnya bermalas-malasan (hehe..itu saya ya..). Jadinya ingin tidur terus dan berharap bangun sudah dekat waktunya berbuka, hehehe. Sering pakai dalih dengan dalil yang lemah bahwa tidurnya orang puasa kan juga dinilai ibadah, hehehe..padahal amalan selama Ramadan itu banyak, sayang sekali ya kalo cuma tidur-tiduran.

3. Berlebihan dalam persiapan menyambut idul fitri
Saat yang paling ditunggu-tunggu pada saat Ramadan telah usai adalah Idul Fitri. Idul Fitri diidentikkan dengan hari kemenangan, setelah sebelumnya kita menggembleng diri, menahan dari segala hawa nafsu, memohon pintu ampunan atas segala dosa-dosa terdahulu maka setelah 30 hari Ramadan kita seperti terlahir kembali dalam keadaan suci. Tidak heran jika seluruh umat muslim menyambut hari raya Idul Fitri dengan penuh suka cita. Namun, terkadang yang perlu kita waspadai adalah berlebihan dalam menyambut Idul Fitri, sehingga kita lupa untuk mengoptimalkan amalan selama Ramadan. Seperti contohnya, menghabiskan banyak waktu di pusat-pusat perbelanjaan membeli pernak-pernik hingga lupa waktu. Padahal seperti yang kita tahu hari-hari mendekati Idul Fitri adalah hari-hari dimana Bulan Ramadan sangat istimewa. Pada 10 hari terakhir Ramadan terdapat Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Beberapa riwayat mengisahkan bahwa dalam 10 hari terakhir Ramadan, Rosulullah semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya, serta menahan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi.

4. Berlebihan menggunakan gadget
Gadget sudah menjadi kebutuhan manusia saat ini, gadget memiliki segudang manfaat yang dengannya memudahkan pekerjaan manusia. Namun,  disisi lain gadget juga memiliki kekurangan yang bisa membawa pada kemudaratan. Terlebih jika penggunaannya sudah berlebihan, sehingga ada rasa candu, entah ada atau tidak ada alasan, kalo sehari nggak pegang gadget rasanya ada yang kurang. Pengalaman pribadi kalo sudah pegang gadget yang namanya HP atau smartphone bisa lupa waktu, apalagi asyik berselancar di social media, bisa tidak ingat kalo lagi lapar, malah bukan cuma lupa sama lapar sih, saja tapi yang lainnya juga, hehehe.. ngaku.

Tulisan ini dibuat khususnya untuk menasihati diri sendiri, yang masih sering lalai dan khilaf serta secara umum untuk mengajak teman-teman muslim sekalian untuk lebih meningkatkan ibadah di Bulan Ramadan. Tidak terasa Ramadan telah berjalan selama seminggu ya, semoga semua yang kita lakukan mendapat keberkahan dari Allah SWT, karena kita tidak pernah tahu andai ini Ramadan terakhir kita,, ^_^

credit