Semangat pagi teman,
berjumpa lagi dengan hari senin, sebagian dari kita mungkin ada yang sedang
mengawali hari ini dengan rutinitas yang sangat padat setelah kemarin menikmati
weekend yang "damai". Namun, tidak.perlu latah mengikuti orang-orang
yang meneriakkan "I hate monday" ya, sayang bukan jika pagi ini kita
awali dengan keluhan, mari kita sambut hari dengan penuh optimisme dan apalagi
hari.ini bertepatan dengan hari pahlawan yg jatuh pada tanggal 10 November
harus punya semangat 45, kita coba untuk terinspirasi semangat pahlawan yang
tak lelah dan gentar memperjuangkan kemerdekaan NKRI. Kini, kita sebagai
generasi penerus sudah bisa menikmati hasil perjuangan mereka, kita bisa hidup
di Negara yang telah berdaulat dan merdeka. Namun, tongkat estafet perjuangan
belum berhenti, kita memiliki tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan dengan
berbuat kebaikan dan menebar hal-hal yang bermanfaat.
Siapapun kita dan
apapun profesi kita, kita semua memiliki pilihan untuk melakukan yang terbaik
sekecil apapun itu tapi bisa bermanfaat bagi sendiri maupun sesama. Pahlawan
jaman dulu pun menempuh berbagai cara untuk mencapai kemerdekaan, tidak hanya
dengan perang, tetapi juga melalui jalur diplomasi dan juga literasi. Literasi?
Dengan tulisan kah maksudnya? Secara spesifik iya, tentu tidak akan lekang
dalam ingatan kita perjuangan R.A. Kartini dalam mewujudkan emansipasi wanita,
bukan? Beliau berjuang agar kaumnya dapat mendapatkan hak untuk memperoleh
pendidikan yang layak, segala perjuangan beliau abadi dalam tulisan, hingga
sampai ke anak cucunya dan generasi penerus bangsa sekarang.
Sebagaimana pedang,
tulisan pun memiliki kekuatan yang dahsyat, mungkin kita pernah menangis
membaca sebuah tulisan, tertawa, dan bahkan termotivasi, itu adalah beberapa
bukti kekuatan tulisan. Salah satu sosok yang begitu concern dalam bidang
penulisan adalah Indari Mastuti, CEO Indscript corp, yang telah banyak
meneluarkan puluhan judul buku. Tidak hanya itu, ia juga tidak pelit untuk
membagi ilmunya kepada orang lain. Hal itu terbukti dengan ia mendirikan
komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis yang dikenal dengan akronimnya IIDN, dan juga Sekolah Perempuan. Indari Mastuti memang telah jatuh cinta dengan dunia menulis sejak
duduk di bangku sekolah, ia merasakan betul manfaat menulis, dan baginya semua
perempuan cocok menjadi penulis. Dengan menulis kita bisa mencurahkan ide,
cerita, opini, atau bahkan motivasi. Apa yang ada dipikiran kita dapat
terdokumentasi dengan rapi dalam bentuk tulisan, sehingga sampai anak cucu kita kelak tulisan tersebut dapat dibaca. Mungkin, akan berbeda jika hanya
disimpan dalam bentuk memori ingatan. Ditambah lagi, tulisan kita dapat dibaca
oleh banyak orang dan memberi manfaat bagi orang tersebut, karena tulisan juga
memiliki kekuatan maka tulislah hal-hal yang baik dan positif, tidak perlu
menulis sesuatu yang bersifat provokatif dan negatif. Sudah siap untuk
menggoreskan tinta perjuangan kita? Mari angkat pena kita, menjadi pahlawan
bersenjata pena.
sumber |
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan tidak mengandung sara