Minggu, 09 November 2014

Pahlawan Bersenjata Pena

Posted by Unknown on 19.04 with No comments


Semangat pagi teman, berjumpa lagi dengan hari senin, sebagian dari kita mungkin ada yang sedang mengawali hari ini dengan rutinitas yang sangat padat setelah kemarin menikmati weekend yang "damai". Namun, tidak.perlu latah mengikuti orang-orang yang meneriakkan "I hate monday" ya, sayang bukan jika pagi ini kita awali dengan keluhan, mari kita sambut hari dengan penuh optimisme dan apalagi hari.ini bertepatan dengan hari pahlawan yg jatuh pada tanggal 10 November harus punya semangat 45, kita coba untuk terinspirasi semangat pahlawan yang tak lelah dan gentar memperjuangkan kemerdekaan NKRI. Kini, kita sebagai generasi penerus sudah bisa menikmati hasil perjuangan mereka, kita bisa hidup di Negara yang telah berdaulat dan merdeka. Namun, tongkat estafet perjuangan belum berhenti, kita memiliki tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan dengan berbuat kebaikan dan menebar hal-hal yang bermanfaat.

Siapapun kita dan apapun profesi kita, kita semua memiliki pilihan untuk melakukan yang terbaik sekecil apapun itu tapi bisa bermanfaat bagi sendiri maupun sesama. Pahlawan jaman dulu pun menempuh berbagai cara untuk mencapai kemerdekaan, tidak hanya dengan perang, tetapi juga melalui jalur diplomasi dan juga literasi. Literasi? Dengan tulisan kah maksudnya? Secara spesifik iya, tentu tidak akan lekang dalam ingatan kita perjuangan R.A. Kartini dalam mewujudkan emansipasi wanita, bukan? Beliau berjuang agar kaumnya dapat mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan yang layak, segala perjuangan beliau abadi dalam tulisan, hingga sampai ke anak cucunya dan generasi penerus bangsa sekarang.

Sebagaimana pedang, tulisan pun memiliki kekuatan yang dahsyat, mungkin kita pernah menangis membaca sebuah tulisan, tertawa, dan bahkan termotivasi, itu adalah beberapa bukti kekuatan tulisan. Salah satu sosok yang begitu concern dalam bidang penulisan adalah Indari Mastuti, CEO Indscript corp, yang telah banyak meneluarkan puluhan judul buku. Tidak hanya itu, ia juga tidak pelit untuk membagi ilmunya kepada orang lain. Hal itu terbukti dengan ia mendirikan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis yang dikenal dengan akronimnya IIDN, dan juga Sekolah Perempuan. Indari Mastuti memang telah jatuh cinta dengan dunia menulis sejak duduk di bangku sekolah, ia merasakan betul manfaat menulis, dan baginya semua perempuan cocok menjadi penulis. Dengan menulis kita bisa mencurahkan ide, cerita, opini, atau bahkan motivasi. Apa yang ada dipikiran kita dapat terdokumentasi dengan rapi dalam bentuk tulisan, sehingga sampai anak cucu kita kelak tulisan tersebut dapat dibaca. Mungkin, akan berbeda jika hanya disimpan dalam bentuk memori ingatan. Ditambah lagi, tulisan kita dapat dibaca oleh banyak orang dan memberi manfaat bagi orang tersebut, karena tulisan juga memiliki kekuatan maka tulislah hal-hal yang baik dan positif, tidak perlu menulis sesuatu yang bersifat provokatif dan negatif. Sudah siap untuk menggoreskan tinta perjuangan kita? Mari angkat pena kita, menjadi pahlawan bersenjata pena.


sumber



0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan tidak mengandung sara