Gerimis turun selepas maghrib, setelah menunaikan sholat aku
meninabobokan putri kecilku sambil menyusuinya di ranjang. Hawa sejuk yang
dibawa oleh rintik hujan menambah nikmat suasana. Sesudah anakku tidur, aku
beranjak ke ruang tengah, suara petir yang sesekali terdengar membuatku enggan
untuk meraih remote menyalakan TV. Ku raih HP di meja dan mulailah aku untuk
online.. online.. :D suamiku juga berada di ruang tengah, lebih dulu dia disana
sedang duduk di karpet dan sepertinya sedang asyik menatap layar HPnya juga.
“bunda…” panggil suamiku.
“hmm…” jawabku dengan tidak mengalihkan pandanganku dari HP
yang kupegang.
“seandainya bunda saat ini hidup ketika 20 tahun yang lalu,
kira-kira apa yang sedang bunda lakukan?” Tanya suamiku.
“maksudnya gimana tow?” tanyaku balik
“maksudnya kalo seandainya saat ini bunda berada di waktu 20
tahun yang lalu, waktu dimana nggak ada HP, apalagi facebook, kira-kira bunda
sedang apa sekarang?”
“hehehe….” Tiba-tiba aku meringis geli. “hmm… sedang apa ya?
Mungkin sedang konsentrasi bikin kue di dapur yah..” jawabku. Aku sendiri tidak
begitu yakin kira-kira apa yang sedang aku lakukan saat ini pada waktu 20 tahun
yang lalu.
“berarti HP menghambat bunda bikin kue ya..?” tanyanya setengah
menyimpulkan.
Jleb!! Hmm… disindir nih, eh tapi tadi kan suami juga sedang
asyik dengan HPnya. Mungkin suami bukan ingin menyindir, tapi sekedar ingin
menanyakan sesuatu yang juga menjadi pertanyaan untuk dirinya.
20 tahun yang lalu, waktu itu aku sekitar umur 4 tahun,
barang teknologi yang ada di rumahku yang bisa aku nikmati saat itu adalah
radio dan TV itupun TV tanpa remot dengan hanya beberapa channel tidak sebanyak seperti sekarang ini.
Jangankan HP yang dipegang setiap penghuni rumah, telepon saja tidak ada, waktu
itu wartel laku banget. Tidak semua rumah memasang telepon, biasanya yang
memiliki telepon adalah suatu instansi atau orang-orang yang memang sangat
membutuhkan komunikasi menggunakan telepon sewaktu-waktu. Selain wartel yang
laku, kantor pos dulu juga sangat laku, karena orang juga saling mengirim kabar
melalui surat, dan itu tidak dilakukan setiap hari, bisa sebulan sekali atau
malah beberapa bulan sekali.
20 tahun yang lalu dan sekarang jelas berbeda jauh, salah
satunya perkembangan di bidang teknologi. Teknologi komunikasi misalnya, jika
dulu telepon dan surat adalah sarana yang sangat diandalkan untuk komunikasi
jarak jauh, sekarang kita sudah punya fasilitas sendiri yang portable seperti
HP atau ada juga internet, mau komunikasi kapanpun, dimanapun, selama apapun
bisa, asal tidak ada kendala dengan pulsa dan sinyal, hehehe.. :D
Teknologi memang memudahkan, tetapi juga bisa menambah
tingkat kekhawatiran. Aku teringat cerita dosenku, waktu jaman beliau kuliah
orang tua di jaman itu benar-benar “ikhlas”
dan tidak terlalu banyak pikiran melepas kepergian anaknya ke rantau untuk
mencari ilmu. Syukur bisa memberikan kabar lewat surat kalo tidak ya sudah,
cuma bisa menyampaikan kerinduan lewat doa saja. Beda seperti sekarang mungkin ketika
kita sedang pergi ke luar kota, belum sampai tujuan pun di tengah jalan kita
bisa mengabarkan kondisi saat itu, tetapi jika sudah sampai waktu prediksi tiba
di tujuan belum juga mengirim kabar, orang rumah bisa resah, “kok belum sms
ya..”, “kok belum kasih kabar ya..”, “di sms kok tidak dibalas, ditelepon nggak
diangkat, ada apa ya..” dst. Belum lagi dampak teknologi yang bikin nyandu,
kalo yang aku alami jaman internet masih baru, online hanya diwaktu luang,
kalo sekarang selalu meluangkan waktu
untuk internet. Hehehe… pantas saja pernah ada celetukan “medsos, menjauhkan
yang dekat, mendekatkan yang jauh” hohoho..
Well, kalo saat ini aku disuruh hidup seperti keadaan
teknologi 20 tahun silam, jujur tidak sanggup, berasa makhluk paling kudet
mungkin ya.. tidak dipungkiri teknologi memang dibutuhkan, buat nasehat ke diri
sendiri saja untuk bisa menggunakannya dengan baik dan bijak. Eits, waktunya
melakukan “serangan balik” ke ayah.. xixixi
“kalo ayah sendiri gimana? Apa yang ayah lakukan seandainya
ayah sekarang berada di waktu 20 tahun yang lalu?” tanyaku balik.
“ayah…? Hmmm…. Kalo ayah sekarang ada di 20 tahun yang lalu, ayah……sedang nemenin bunda bikin
kue…hehehehe…”
*Gubraaaaak* XD