Minggu, 06 September 2015

Hal-Hal Yang Sering Dibicarakan Oleh Perempuan Yang Telah Menikah Kepada Ibunya

Posted by Unknown on 03.16 with 4 comments
Aku dan ibu itu....... Bagaikan buah jatuh hanyut di kali :D fisik dan karakter :p. Hal yang membahagiakan lebaran tahun ini adalah, bisa 'stay' lebih lama di kampung halaman, thank a lot my hubbybie, jazakallah khoir :*

Anak tetaplah anak, berapapun usianya tetap membutuhkan sosok seorang ibu, udah nikah juga masih begitu.. Apa aja ya yang suka ditanyain, didiskusikan, dan digosipin seorang anak perempuan yang telah menikah pada ibunya? Hmmm.... Aq dan ibu termasuk cocok banget kalo ngobrol, apa aja kami obrolin, beberapa diantaranya adalah seperti hal-hal dibawah ini :

1. Hubungan Suami dan Istri
 Namanya pengantin baru (baru 3 tahun :3 ) ya masih seneng-senengnya ngadu eh curhat :p. Biar gimana pasangan itu kan makhluk asing yang sekalipun sudah kita kenal sebelum nikah tetap ada yang beda setelah nikah, rasa kikuk, nervous, bingung, marah, sebel, tapi kalo lagi mesra dan bahagia nggak di curhatin, maluuu hohoo.. (gimana sih mestinya yang diceritakan yang seneng-seneng ya biar nggak jadi pikiran, dasar childish! *upss) Ada kondisi dimana kadang curhatnya meluap-luap menceritakan sesuatu yg kurang enak, dr cerita panjang lebar itu biasanya ibu kasih tanggapan "kamu kualitas ibadahnya lg menurun ya? Dhuha rutin kan? Tahajud jalan to? Baca qur'an dan tadabbur sudah?" *lho.. lho...
"ih ibu neh apa sih, ini bukan masalah ibadah nggak ada hubungannya sama sekali..." *ngeles
 "iya sih tau, tapi orang kalo bagus kualitas ibadah, bagus jg kualitas dlm memecahkan masalah..." *jleb!!! *gagal ngeles.. Masih lanjut... "banyak-banyak dzikirullah ya, jangan diturutin emosinya biar hati tenang setan yang ngegodain juga pergi jauhh..."

2. Kehamilan dan Mengurus Anak
Hamil dan Mengurus anak itu sesuatu hal yang baru bagi perempuan yang telah menikah, jaman hamil sering juga ngobrol by phone dengan ibu, selain menanyakan beberapa hal tentu juga untuk memberikan kabar kepada ibu, apalagi bagi ibu juga adalah pengalaman pertama punya cucu, kasihan kalo dibikin mikir gimana keadaan anaknya yang sedang hamil disana.. Setelah melahirkan pun begitu tanya tentang beberapa cara mengurus bayi, stimulasi perkembangan bayi, solusi kalo bayi ada keluhan ini itu dsb, yah bukan gaptek dan nggak banyak baca atau jauh dari akses medis, tapi cerita dengan ibu itu memang sesuatu ya.. :) selain itu ya pengen kasih kabar aja tentang cucu pertama dan (masih) satu-satunya yang jauh di mato ini, suka nyeseg rasanya kalo dengar suara ibu "gimana kabarnya? Kok lama gag menghubungi? Ibu mau menghubungi duluan khawatir mengganggu, sibuk ya?" Hiks,,, ibu memang nggak pernah menelepon duluan, dengan alasan khawatir mengganggu, dan memilih menunggu kabar dr kami :(

3. Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rumah tangga yg sering aku tanyakan ke ibu itu memasak, kalo pekerjaan rumah tangga yang lain2, aku merasa sudah pintar,, *baru 'merasa' aja sudah sombong ya.. :D biasanya kalo kangen rumah obatnya pengen makan masakan buatan ibu, jadi bumbu dan caranya ya harus tanya ke ybs, bukan google atau grup, biar sensasinya dapet, hohoo..selain itu lebih tanya-tanya soal manajemen waktunya, soal urusan rumah tangga yang rasanya nggak beres-beres apalagi ketika anak sudah hadir dalam pernikahan kami di tambah tinggalnya di IMI (istana mertua indah) gimana rasa sungkannya kalo ada belepotan dikit d lantai, perkakas berantakan, dsb.

 4. Tentang Cita-Cita
 Anak muda banyak galaunya ya... *situ aja kali. Hal yang juga sering aku tanyakan pada ibu adalah tetang karir, setelah menikah aku jadi almost-everyday-stay-at-home-mom, kadang dalam kesempatan ngobrol aku cerita tentang keinginan untuk bekerja diluar sana, cita-citaku, mimpiku, dan tantanganku untuk mencapainya. Selain itu, memang ada rasa sungkan juga pada ortu walaupun ortu nggak pernah nuntut aku harus begini dan begitu, setelah menikah maka kehidupanku benar-benar diserahkan sama aku sepenuhnya. Yang bikin nyes adalah ketika ibu bilang bahwa dari dulu pun doa ibu adalah anaknya pendidikannya lancar, ketemu jodoh yang sholih, dan bersama jodohnya membangun kehidupan yang baik. Kalo bicara tentang ini, ibu selalu memberi pandangan yang membuatku tenang, bahwa apakah aku serius ingin berkarir di luar saat ini, dan mendelegasikan anak pada orang lain tanpa pengawasan dari anggota keluarga sama sekali, tentang lingkungan tempat aku tinggal yang jauh dari keluarga baik keluargaku maupun suami, dan tetangga yang berjauhan secara fisik dan psikologis, dan terlebih serta yg utama adalah kondisi si anak sendiri memungkinkan kah untuk sekarang di tinggal oleh ibunya dalam waktu yang tidak sebentar? Dan biasanya aku respon iya ya bu, insya allah nanti ada waktunya kalo anak sudah besar, dan ibu dengan enteng menimpali, iya kalo adeknya lahir gimana? *eh eh ibu neh? :D dan diakhir obrolan ibu selalu menyarankan "sabar......." tidak perlu terlalu berambisi terhadap sesuatu yang bukan hak dan kewajibanku, lagian karir kan nggak harus ngantor, nggak harus pegawai, mencari maisyah dari rumah bisa dipertimbangkan dan coba dicari ilmunya.. Banyak-banyak doa dicukupkan rejeki, insya allah semua sudah dijamin sama  Allah.. Dan juga jangan boros jadi istri yang qanaah... Satu hal yang aku ingat dari ibu, untuk urusan dunia ibu memang tidak pernah berkata pada bapak "kapan kita begini pak, kapan begitu, kapan seperti si ini, kapan seperti si itu, kapan punya ini, kapan punya itu" :) hohoo kalo ingat satu hal itu malunya minta ampun, karena masih blom bisa meniru ibu. Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan ibu juga sekarang punya kerja (yang menghasilkan uang) serabutan eh sampingan eh lebih keren lagi dong ah di posting di blog kok, side job :D

5. Hubungan Mertua dan Menantu
Sebagai orang yang (insya allah selamanya) tinggal bersama mertua, ini juga bab yang tidak jarang aku obrolin sama ibu, tentang gimana komunikasi yang baik, nyenengin hati mertua, atau bahkan jika ada kesalahpahaman dengan mertua yang tinggal satu-satunya bagiku (bo'ong banget kalo aku bilang hubungan dengan mertua kaya jalan tol, yang nyatanya tol pun sekarag tak mulus :p ) pengalaman hidup ibu banyak menginspirasi dan ku jadikan PR besar buatku... Ibu memang tidak pernah seatap dengan mertua tapi setelah bapak sudah tidak bertugas didaerah rantau yang kini menjadi negara sendiri, kami sekeluarga diboyong ke kampung halaman bapak dan ibu (bapak dan ibu satu desa), dan diminta oleh kakek dan nenek untuk membangun rumah disebagian lahan mereka, praktis kami tinggal berdekatan dengan kakek dan nenek dari pihak bapak, sekelebatan memori tentang bagaimana hubungan mertua menantu memang masih ku ingat sedikit.. Ibu pun bercerita kalo dulu awal-awal banyak berselisih dengan nenek (kenapa sih kebanyakan kok yang berselisih mertua cewek dengan menantu cewek?? Apa emang rasa dalam menyambut menantu cewek sama cowok itu beda yak? *Ah situ gebyah uyah deh :p )  biasanya sih berselisih tentang cara ibu ngurus rumah tangga dan tentang kebiasaan (adat istiadat).. Ya gimana ya, setiap rumah tangga punya cara sendiri kan ya, ibu memang tidak suka ngadain acara selametan ala-ala... ala-ala apa ya takut salah omong :D dan nenek paling nggak suka dengan sikap ibu itu, bagi nenek ibu nggak umum nggak ikutin aturan (adat) yang ada dan bagi ibu, ibu punya alasan kuat (prinsip) kenapa tidak melakukan hal tsb, tapi nggak perlu berpikir ibuku ikut aliran sesat ya, eh emang sesat ding! :D, jangankan gabung komunitas mengaji, jilbaban aja belom waktu itu, jadi ya logisnya ajaran agama aja masih ditolak, apalagi ajaran adat istiada yang hanya berdasarkan. Kesinisan mertua, gunjingan tetangga jangan ditanya, ibu lempeng saja karena merasa tidak makan dan bernafas dari mereka, tetapi tetap salam, senyum, sapa, santai,,,sama mereka yang menyelisihi (satu hal yg blom bisa aku contoh juga) kata ibu cara menghadapinya ya sabar aja, sampaikan dengan baik maksud kenapa kita begini dan begitu, kalo mertua terima dengan terbuka alhamdulillah, andaipun nggak ya sudah, kita boleh kok punya prinsip dan mempertahankan prinsip kita karena hidup kan memang hidup kita, kita tau alasannya, kita tau kebenarannya... Dan ingat yang terpenting -Jangan Dendam!- *uhuk!, maafkan tanpa harus menunggu dimintai maaf! jangan diambil hati dan lupakan, karena percuma saja kita mau mengubah keadaan kalo masih ada dendam pada seseorang/sesuatu, iya nggak?! hmm.. Biar gimanapun, itu orang tua pasangan kita, yang dengan sadar ketika kita menerima anaknya sebagai pasangan, kita bersedia pula menerima keluarganya, jangan berlebihan menyimpan amarah, yang lalu biar berlalu, tidak perlu disimpan, ditumpuk-tumpuk... Dan jangan memberi kesan seolah-olah kita telah "merebut" anak lelakinya... Ibu memang orang yang tulus, pemaaf, dan nggak dendam itu kali ya yang bikin di usia beliau yang hampir setengah abad, orang ngiranya anaknya masih SD.. Saat beberapa pekan nenek dari pihak bapak a.k.a mertua ibu berpulang ke rahmatullah, banyak para tetangga yang bilang kalo dulu nenek sering menggunjing kejelekan ibu (yah kejelekan yang dimaksud adalah apapun yang dilakulan ibu yang tidak disukai nenek) tetapi ketika mendekati akhir usia nenek, beliau berbalik selalu menceritakan betapa baik dan tulusnya ibu,, semoga hubunganku dengan bumer bisa 'khusnul khotimah' seperti ibu, dan kata ibu Terlebih penting lagi, sertakan pasangan juga, ajak pasangan berdiskusi, yang bisa jadi mediator hubungan mertua dan menantu ya pasangan kita alias anak dari mertua kita sendiri,, Lebih baik ya memang tinggal sama anak dan pasangan aja, tapi kan harus tau diri juga bahwa bumer itu sebatang kara, anaknya pada jauh-jauh..yang diharapkan bisa menemani ya aku dengan suami... Hiks iya juga ya mencoba menempatkan posisi sebagai bumer kok ya nelangsa..   Ya.. Ya.. Nothing beats the feeling of being home but life must goes on...sekarang semakin paham deh kenapa Allah kasih aturan perempuan yang sudah menikah itu baktinya adalah kepada suaminya, mungkin salah satunya ya karena ini kalo sudah nempel di ketiaknya si emak susah lepas :D semoga pulang kampung kali ini bisa membawa semangat baru dalam menjalani hidup.. Aamiin.

Hal-Hal Yang Sering Dibicarakan Oleh Perempuan Yang Telah Menikah Kepada Ibunya
perempuan tiga generasi; ibu, aku, dan anakku nisa ^_^

4 komentar:

  1. Wah, menarik nih. Jadi kepingin nulis macam begini. Terima kasih inspirasinya, ya, Mbak Rosyida ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mbak, tulisan-tulisan dan semangat mbak juga sangat menginspirasi ^_^

      Hapus
  2. ibunya terlihat masih muda, mbak. awet muda rahasianya apa, bu? hehehe....
    iya, ibu memang TOP. banyak hal masih dicurhatin ke ibu, mpe nangis-nangis segala pun juga pernah. hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihii,,, saya sendiri juga kepengen tahu mbak rahasianya :D terima kasih ya sudah berkunjung ^_^

      Hapus

terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan tidak mengandung sara