Kamis, 24 Oktober 2013

No More Desperate Housewife

Posted by Unknown on 09.37 with 2 comments

Dalam suatu kesempatan menghadiri wisuda suami, aku bertemu dengan kakak tingkat saat kuliah dulu yang kebetulan dia juga sedang menghadiri wisuda rekan kerjanya  saat itu. Seperti umumnya dua orang yang lama tak bertemu, kami berbasa-basi dengan menanyakan kabar. Kakak tingkatku itu merasa surprised melihatku sudah menggendong bayi yang tidak lain adalah putriku yang berumur 6 bulan, sedangkan status  kakak tingkatku itu masih single. Sesekali dia menyelingi obrolan kami dengan mengajak bercanda putriku.

“kamu kerja apa sekarang? ato IRT?” salah satu pertanyaan yang terlontar darinya.

“aku IRT mbak sekarang, neh sibuk ngurus si kecil.” Ucapku.

“oh iya ya, malah bagus kok, malah berpahala ya…” timpalnya.

“ah, semua berpahala kok mbak, mau disambi kerja ato full IRT, yang penting niatnya dan kondisinya memungkinkan.” Lanjutku.

Yup.  Bagiku menjadi seorang ibu yang berkarir ato full IRT sama saja hebatnya. Semua tergantung bagaimana menata niat dan melaksanakan tugas yang telah diemban dengan baik.  Baik ibu berkarir ato IRT sama-sama memiliki ladang pahala yang luas. Tidak ada yang lebih baik ato lebih hebat karena apapun itu tentu tidak selalu diukur dari status semata. Begitu pun dengan ibu berkarir ato IRT semua baik, semua hebat,  sepanjang  melakukan rutinitasnya dengan hati yang bahagia dan didasari dengan rasa cinta kepada keluarga tanpa meninggalkan tanggung jawab terhadap keluarga dan tentu saja keluarga terutama suami ridho. Tidak seharusnya ada yang merasa lebih berhak akan surga karena memiliki waktu yang utuh dengan keluarga ato merasa lebih mulia dan bermanfaat karena bisa ikut mengais pundi-pundi rupiah bagi keluarga. Kelalaian bisa saja  menimpa ibu berkarir maupun IRT, contohnya bagi ibu berkarir, pekerjaan yang menumpuk bisa saja begitu menyita waktu dan perhatian sehingga waktu untuk keluarga jadi sedikit/banyak terampas, belum lagi kalo ternyata hal tersebut berdampak secara psikologis, stress kerja dibawa juga ke rumah jadi uring-uringan, mengeluh, murung, dsb. Belum lagi kondisi beberapa tempat kerja yang rentan terhadap gosip, kompetisi pamer, hubungan dengan lawan jenis yang terlalu intim dan dapat mengarah pada perselingkuhan. Kalo sudah terlalu menyerempet ke hal-hal yang negatif apapun yang didapat jadi means nothing kan.. Nah untuk IRT sendiri meskipun stay at home dengan segala urusan domestiknya tetap bisa terjebak dalam kelalaian, waktu dan kerjaan yang dimiliki seorang IRT memang relatif fleksibel, mau dikerjakan kapanpun bisa, tapi kalo cenderung menggampangkan kerjaan dengan alasan bisa dikerjakan nanti-nanti, kapan donk kelarnya..stress juga bisa menimpa IRT, mengerjakan rutinitas yang cenderung sama,  tidak memiliki teman berbagi kerjaan, merasa tidak memiliki wadah untuk aktualisasi diri, masih terbayang-bayang cita-cita yang ingin dikejar diluar sana bisa membuat diri menjadi labil. Sebagai manusia yang hidup di zaman hi-tech, kondisi ini juga bisa menggaggu fokus kerja seorang IRT (kalo ini ibu berkarir juga bisa terkena dampaknya) apa-apa dikerjakan sambil tidak terlepas dari beraktivitas dengan gadget , memasak sambil BBMan, mengurus anak sambil update status (Alhamdulillah, ketika mengetik ini sudah kupastikan anakku tidur dengan pules les les :D ). 

Jadi ibu berkarir ato IRT mutlak hak pribadi setiap wanita. Keputusan terbaik yang diambil bisa jadi berbeda antara satu wanita dengan wanita yang lainnya karena kondisi yang dialami pun berbeda. Whatever your choice, whether  it is easy or not, enjoy it happily, and stop comparing yourself with others. Every choice has it own plus and minus. Dan semua wanita harus menghormati dan mendukung pilihan yang dibuat wanita lainnya demi keluarganya.





2 komentar:

  1. hahaha,kita senasib buk.....good writing...

    BalasHapus
  2. rumahku surgaku.. surga di bawah telapak kaki ibu..
    apalagi kalau di rumah ada ibu... :D

    BalasHapus

terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan tidak mengandung sara