Drrttt… Drrtt… nada getar HP tiba-tiba berbunyi. Beberapa bait pesan singkat dari seorang teman terpampang dilayar.
“sudah dengar info? Ada seleksi beasiswa calon dosen
bimbingan konseling tahun ini?” begitulah kira-kira isi pesannya.
Selanjutnya, smsan dengan temanku pun berlanjut. Aku memang
sudah mendengar informasi adanya seleksi beasiswa S2 bagi calon dosen untuk
jurusan bimbingan dan konseling langsung dari suamiku beberapa hari yang lalu.
Suamiku pun adalah seorang mahasiswa S2 yang kuliah melalui jalur beasiswa
tersebut dan sedang berada pada semester akhir. Jadi, tidak mengherankan jika
ia juga update tentang informasi ini. Itulah, yang salah satu menjadi sebab
kami tidak bisa bersama setiap hari, karena perkuliahan dilakukan di malang,
sedangkan kami domisili di bojonegoro. Jarak dan waktu terkadang memisahkan
kami dalam beberapa hari bahkan minggu.
“kamu ikut?” tanya temanku selanjutnya.
“nggak lah, masih ada baby, lagian di luar kota.” Balasku
Teringat ketika informasi itu disampaikan oleh suami via
telepon, “bun, ini ada informasi beasiswa untuk jurusan bimbingan dan
konseling, siapa tahu teman bunda ada yang berminat.”
Tanda tanya tiba-tiba berputar di atas kepala, kenapa suami
tidak mengatakan siapa tahu aku berminat? Sekalipun mungkin kepastiannya adalah
aku tidak ikut seleksi tersebut, yah minimal kalo ditawari kan senang yak.. ah
sepertinya aku terlalu mendramatisir keadaan, sehingga kurang berpikir
realistis, bagaimana mungkin suami akan menawariku untuk mengikuti seleksi
tersebut sedangkan aku baru saja melahirkan buah hati kami dan perkuliahan pun
berada di luar kota.
Tidak berapa lama setelah smsan dengan temanku, nada getar
HPku berbunyi kembali dan yang terpampang adalah sebuah nomor tak dikenal.
Setelah kuangkat, ternyata nomor itu
adalah milik dosenku dulu, beliau bermaksud menyampaikan informasi
tentang beasiswa dan menyarankanku untuk ikut karena IPK yang sangat memadai
dan berpotensi untuk bisa lolos apalagi katanya mahasiswa yang dibutuhkan juga tidak sedikit, aku
menolak secara halus dengan memnceritakan prioritasku saat ini. Beliau
memaklumi sekaligus memberikan selamat atas pernikahan dan kelahiran putriku,
sebab beliau memang tidak tahu bahwa aku telah menikah.
Telepon ditutup, and now
what? Aku menerawang sejenak, lalu tersenyum, that’s life, right!! Terkadang apa yang begitu kita inginkan dulu,
begitu dekat dengan kita saat ini dalam kondisi membimbangkan untuk diraih.
Terkadang apa yang kita impikan dulu secara nyata muncul di hadapan kita saat
ini hanya untuk “menghilang” lagi dan menjadi mimpi kembali. Setidaknya
beberapa kali aku mengalaminya. Saat kehamilanku dulu ada beberapa tawaran
kerja yang tidak aku apply, setelah
menimbang-membayangkan-bagaimana nanti aku menghandle tugasku sebagai seorang
wanita karir dan ibu baru dari bayi newborn,
yang jelas sangat membutuhkanku, dan jujur aku tidak rela jika anakku nanti
harus aku pasrahkan pada orang lain saat ku tinggal serta mengukur dari
kondisiku secara detail . Sampailah pada keputusan terbaikku bahwa aku ingin
fokus menjadi ibu dulu. Aku memiliki waktu seumur hidup untuk membangun karir,
tetapi tumbuh kembang anakku di masa kecilnya tidak berulang nanti, daripada
harus menjalani keduanya dengan hati yang belum mantap, biarlah saat ini ku
pilih salah satu yang terbaik menurutku bagi keluargaku. Meskipun, aku tidak
memungkiri angan-angan untuk dapat beraktivitas diluar sana terkadang sering
menggoda. Malahan, ada yang tidak sekedar angan, ia muncul secara nyata seperti
kesempatan melanjutkan studi melalui jalur beasiswa ini.
Yup!! Dari kejadian ini pun aku mengambil
suatu pelajaran, bahwa mungkin Allah menghadirkan suatu kesempatan terkadang
bukan sebagai rezeki tetapi bisa juga sebagai ujian yang menguji komitmen kita
terhadap sesuatu yang sedang kita jalani saat ini. Semoga ke depan Allah masih
mempertemukanku dengan kesempatan-kesempatan baik lainnya yang bisa aku wujudkan, bukankah Allah Maha
Kaya lagi Baik. Every chance which come
to you, when it is yours, it is yours, no matter what Allah has the way to make
it yours, I believe! ^___^
Huhuhu... Ikut sedih karena pernah merasakan... Tapi bener banget, Mbak, when it's meant to be, it happens. Ndak usah disedihin, ndak perlu dipaksain, it will come. Selamat dan sukses atas apapun itu pilihannya yaa :)
BalasHapusaku suka tulisan ini, ukht :-)
BalasHapus