Senin, 29 Juni 2015

LGBT: Benci Perilakunya Bukan Orangnya?

Posted by Unknown on 19.13 with 3 comments
Dulu waktu masih jadi jomblo selama 23 tahun, saya adalah orang yang sering menanggapi sesuatu dengan lempeng. Ada fenomena apa ya cuek saja, biarlah orang dengan pilihannya, suka-suka mereka, saya tidak peduli, saya tidak menanggung akibat dari perbuatan mereka, terlebih sepertinya saya “sombong” merasa bahwa apapun pilihan orang lain itu tidak akan mempengaruhi pilihan dan kehidupan saya. Ya, bagi saya ketidakpedulian itu adalah bentuk kepedulian yang paling baik, bagaimana tidak? dengan tidak peduli kita kan seperti memberi kebebasan kepada orang lain untuk menjalani pilihan hidupnya, sebagaimana saya juga ingin bebas menjalani kehidupan saya. This is me, young and free!

Setelah menjadi Ibu sebagian besar cara pandang saya berubah *lirik haru anak*. Ketidakpedulian dan kesombongan dimasa muda saya itu seperti tidak relevan untuk saya terapkan pada keluarga saya, saya sadar saya keliru dengan sikap apatis saya dulu itu. Kini, saya telah memiliki amanah terbesar yang pernah saya terima dalam hidup yaitu seorang anak, seorang anak yang akan tumbuh dewasa dengan harapan menjadi generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Namun, saya sadar saya berada pada zaman yang berbeda dengan zaman saya kecil dulu. Beberapa fenomena yang terjadi saat ini membuat saya mengernyitkan dahi. Contohnya kaum LGBT dibelahan dunia lain yang sedang merayakan legalitas yang baru saja mereka dapatkan, bertambah lagi satu negara yang melegalkan LGBT dan negara itu adalah negara adi daya, negara super power (you know what). LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) as we know adalah sebuah perilaku seksual yang menyimpang, note menyimpang!

Entah akan dicap apa saya, pobhia mamarika, sok berteori konspirasi atau apalah-apalah. Yang jelas kita tahu bahwa dalam suatu komunitas itu, tidak akan berhenti dalam jumlah tertentu, sebuah komunitas akan memperluas jangkauan untuk mendapatkan member yang lebih banyak lagi dan lebih luas lagi, tidak hanya dari satu daerah. Mereka akan mencari dan terus mencari anggota yang senasib dan akan memperkuat diri, bisa dilihat dengan semakin bertambahnya negara yang melegalkan LGBT. Kurang lebih seperti itu bukan karakteristik sebuah komunitas? Sehingga, bukan hal yang tidak mungkin wabah LGBT akan sampai di negara kita, para pelaku tidak malu-malu lagi karena mereka sekarang memiliki legalitas (membayangkannya saja ngeri, naudzubillahi min dzalik..)

Mengenai teman-teman yang dengan tegas meremove dan memblokir pertemanan orang-orang yang memasang simbol pelangi pada foto profil mereka, saya rasa sah-sah saja. Saya justru heran, ketika ada yang nyinyir mengatakan “gitu aja sudah mendapat reaksi nggak enak, dianggap begini begitu, dikatain ini itu” padahal sudah jelas simbol pelangi khususnya di FB memang sengaja dibuat dalam rangka merayakan legalisasi kebebasan LGBT, wajar jika ada yan terkejut ketika ada yang memasang simbol itu dan menanyakan apa maksudnya, jika memang menolak LGBT kenapa harus memasang, jika memang mendukung apa maksudnya?

Ada yang bilang bahwa  LGBT itu hanyalah cara mereka agar diakui eksistensinya, oh ya? Diakui eksistensinya atau perilakunya? We do know they are exist kok, ada juga yang bilang semestinya kita iba pada mereka dan merangkul. Saya setuju bahwa kita harus merangkul dan membantu mencari solusi agar mereka bisa kembali ke jalan yang benar, tapi tentu saja mereka yang ingin sembuh dari penyakitnya itu atau mereka yang mau diajak untuk sembuh, bukan yang menolak untuk disembuhkan merasa itu hak mereka bahkan hak mereka juga untuk menularkan “virus” tersebut pada orang lain. Naudzubillah.. So,sorry to say, bagi saya mereka yang menuntut perkawinan LGBT legal adalah mereka yang bebal. Lihat saja, tuntutan yang mereka ajukan agar apa yang mereka lakukan dilegalkan, berarti mereka memang ingin hidup dengan perilaku menyimpangnya itu dan tidak ingin “diganggu”.. Bukankah orang bijak adalah orang yang sadar bahwa dalam hidup ini kita bebas memilih pilihan, tetapi tidak bebas memilih konsekuensinya. Lucu, ketika nanti mereka memilih untuk hidup dengan perkawinan homoseksual tetapi mereka menginginkan memiliki anak, sedangkan anak hanya bisa didapat dengan perkawinan heteroseksual. Mereka sudah memilih untuk “stay” dengan perilakunya itu tetapi mereka tidak mau menerima konsekuensinya, dan minta diakui serta simpati dunia? Makhluk macam apa mereka ini? Hiks, Allah please keep my mouth from saying something bad.

Pada akhirnya kita benar-benar harus menyadari bahwa kita berada di akhir zaman, zaman dimana fitnah (ujian) dunia begitu merebak. Semoga tulisan ini sebagai pengingat diri untuk semakin memegang buhul yang kokoh, memperbanyak doa, memperkuat aqidah dan ilmu, semoga Allah membentengi diri dan keluarga kita dari fitnah dunia.  Aamiin.

3 komentar:

  1. mengerikan memang, apakah memang ini sebuah fenomena akhir zaman? mereka yg beragama Islam, tidakkah mereka tahu bahwa Allah melaknat perbuatan tsb? bahwa pada zaman nabi Luth pun Allah membinasakan mereka? Astaghfirullahadziim
    aku dah follow blognya ya mba :) salam kenal

    BalasHapus
  2. semakin kesini semakin maju semakin aneh deh orang - orang ya mak, hiks

    BalasHapus

  3. You’re so interesting! I don’t believe I’ve
    truly read through anything like that before. So
    good to discover someone with genuine thoughts on this
    issue. Seriously.. many thanks for starting this up. This website is one thing that is needed on the web, someone with a little originality!best subredditblogger widgets
    alltechskills


    BalasHapus

terima kasih atas kunjungannya, silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan tidak mengandung sara